“Apa-apaan ini? Ada apa dengan kalian? ”
Di depannya sekarang, Yayok melihat Ali dan Damar yang sedang berdebat hebat karena pendapat mereka yang tidak sejalan. Ali dengan instingnya merasa jika Anwar yang berada di balik Matador, akan menyusup ke dalam penjara kota XX untuk membunuh Rian-pelaku yang menabrak istri Anwar 12 tahun yang lalu. Di sisi lain, Damar merasa ide Ali itu terlalu gila. Damar merasa keamanan penjara kota XX tidak seburuk itu hingga bisa disusupi oleh orang asing seperti Anwar yang didiuga sebagai Matador. Bagaimana pun Damar merasa Anwar tidak sehebat itu hingga bisa menyusup ke dalam penjara kota XX hanya demi membunuh satu orang saja.
“Itu gila, Li! Aku tahu Matador memang membunuh penjahat tanpa meninggalkan bukti yang bisa mengarahkan polisi langsung padanya, tapi menyusup ke penjara? Yang benar saja? Apa kamu pikir keamanan penjara itu seperti keamanan mall?? Penjara bukan tempat yang mudah disusupi oleh orang asing, Li!” Damar ngotot dengan penilaiannya.
“Tapi, Pak! Saya yakin kalo Pak Anwar adalah Matador, sasaran terakhirnya adalah Rian! Saya yakin Pak Anwar akan menargetkan Rian, Pak! Pak Anwar punya dendam yang besar pada Rian, Pak!” Ali sendiri juga tidak mau mengalah. Ali juga ngotot dengan penilaiannya sendiri tentang Pak Anwar.
“Aku tahu itu, tapi tetap saja enggak mungkin! Sehebat apapun Matador, dia enggak akan bisa menyusup ke dalam penjara hanya untuk membunuh satu orang saja! Itu terlalu gila, Li!”
“Sialan kalian berdua! Stop, stop!!!” Kali ini Yayok yang kesal dengan Damar dan Ali yang terus berdebat tanpa henti mempertahankan penilaiannya masing-masing, akhirnya memutuskan untuk memisahkan keduanya.
Tadinya … Yayok datang ke unit kriminal untuk memberikan hasil pemeriksaan forensik mengenai dua kasus pembunuhan terakhir Matador. Tapi begitu tiba di unit kriminal, Yayok melihat banyak polisi di unit kriminal hanya bisa diam ketika melihat perdebatan Damar dan Ali.
Kenyataannya, di unit kriminal memang tidak ada yang berani menegur Damar ketika Damar sedang keras kepala atau berusaha mempertahankan pendapatnya. Semua polisi di unit kriminal tahu, Damar bersikeras dengan pendapatnya bukan tanpa alasan. Damar punya otak yang cerdas dalam menilai dan memiliki banyak pengalaman yang jadi landasannnya.
Tapi, yang mengejutkan banyak polisi di unit kriminal dan membuat mereka diam tercengang adalah Ali-asisten Damar. Selama ini semua polisi di unit kriminal dan Yayok, mengenal Ali sebagai asisten Damar yang punya kesabaran tinggi dan setia terhadap Damar. Ali bahkan sama sekali tidak mengeluh ketika di malam hari Damar mendadak menghubunginya untuk memeriksa sesuatu atau melakukan penyelidikan.
Dan sekarang pemandangan hari ini mengubah sedikit pendapat banyak polisi di unit kriminal, termasuk Yayok, tentang Ali dan sifat sabarnya.
Kali ini semua orang melihat Ali dengan tatapan kagum karena dengan berani melawan Damar-atasannya ketika pendapat dan penilaian mereka berbeda.
“Yok, minggir! Aku masih belum selesai!” Damar berusaha menyingkirkan Yayok yang berdiri di antara dirinya dan Ali.
“Apa-apaan kalian berdua ini??” Yayok menaikkan suaranya membalas Damar, menolak untuk menyingkir dari hadapan Damar dan Ali.
“Yok, minggir! Aku belum selesai bicara sama Ali!” Damar membalas Yayok dengan meninggikan suaranya juga.
“Bicara?? Yang benar saja?? Itu bukan bicara namanya, Damar!” Yayok kali ini melihat Damar dengan tatapan paling tajamnya hingga rasanya kedua bola mata Yayok bisa kapan saja melompat keluar menyerang Damar. “Damar! Haruskah aku beri kalian senjata untuk saling menembak satu sama lain agar kalian berhenti??”
“Eng-enggak usah! A-aku sudah tenang sekarang, Yok.” Damar menjawab sembari menutup mata Yayok dengan tangannya karena merasa kedua bola mata Yayok itu sekarang sangat menakutkan.
“Bagus.” Yayok menarik wajahnya menjauh dari tangan Damar dan melihat ke arah Ali dengan tatapan yang sama dengan caranya melihat Damar. “Kamu gimana, l.i?”
“Sa-saya sudah tenang sekarang, Pak.” Ali akhirnya menyadari alasan Damar mendadak mau mengalah padahal sejak tadi Damar terus ngotot. Tatapan Yayok sekarang benar-benar menakutkan.
“Bagus.”
Klik!
Yayok membawa Damar dan Ali ke ruang meeting. Di sana Yayok memberikan hasil pemeriksaan forensik mengenai dua pembunuhan terakhir Matador dan menjelaskannya satu persatu.
“Pertama, kecelakaan beruntun yang diakibatkan oleh lima anak SMA itu. Rem mobilnya telah disabotase. Ada bagian terpotong di salah satu kebal remnya. Jadi remnya tidak berfungsi dengan baik ketika melewati jalanan turun dan nahasnya rumah dua anak dalam mobil itu memang melewati jalanan turun yang jadi lokasi kecelakaan itu.” Yayok menjelaskan.