Selain mendapatkan hasil autopsi mengenai korban keenam dan ketujuh Matador, Yayok juga memberikan hasil pemeriksaan mengenai plat mobil di mana tujuh tersangka Desa Pencuri tewas terbakar.
Sekembalinya dari meeting kecilnya dengan Yayok, ada petunjuk lain yang ditemukan seputar Matador.
“Pak Damar, mohon lihat ini, Pak!”
Dari banyaknya rekaman CCTV yang dikumpulkan demi menemukan jejak Matador, ada rekaman CCTV yang menangkap sosok Matador. Rekaman itu adalah salah satu rekaman CCTV di stasiun pengisian bahan bakar yang tidak jauh dari Desa Pencuri dan rekaman CCTV di mall yang tidak jauh dari lokasi kecelakaan lima anak SMA-korban keenam Matador.
Dari penelusuran kamera CCTV, lima anak SMA korban keenam Matador itu sempat mampir ke mall sebelum berakhir mengalami kecelakaan nahas itu. Dan dari sanalah tertangkap sosok Matador.
Ini merupakan petunjuk penting bagi Damar dan Ali karena Damar dan Ali sebelumnya tidak tahu kapan Matador mengotak-atik mobil lima anak SMA itu hingga akhirnya menyebabkan kecelakaan beruntun.
Dari dua rekaman itu terlihat sosok yang diduga sebagai Matador yang mengendarai mobil yang sama dengan mobil yang ditemukan di Desa Pencuri.
“Jadi ini Matador kita! Akhirnya ada petunjuk dan bukti sosoknya!!” Damar tersenyum lebar karena setelah sekian lama, petunjuk penting akhirnya muncul.
Sayangnya petunjuk itu masih tidak begitu jelas karena sosok Matador yang tertangkap dalam rekaman kamera CCTV itu mengenakan masker, topi yang membuat wajahnya tak terlihat. Ditambah lagi sosok Matador selalu mengenakan sarung tangan dan inilah alasan kenapa tak pernah ada satupun bukti seperti sidik jari ataupun helaian rambut di TKP aksi Matador.
“Sekarang kita akan melacak Matador!”
Langkah awal Damar adalah memeriksa tempat Matador mendapatkan mobil itu. Dari hasil penyelidikan, mobil itu adalah mobil bekas yang dijual di perbatasan kota M dengan kota XX. Damar berpikir dengan memeriksa tempat jual beli mobil itu, pemiliknya mungkin memilik petunjuk penting seperti wajah Matador atau setidaknya ciri-ciri Matador.
Tapi sebelum menuju lokasi itu, Ali menghentikan langkah Damar dan membuat permintaan yang tidak biasa pada Damar untuk kedua kalinya.
“Pak! Untuk kali ini, saya tidak akan ikut dengan Bapak lagi!”
Damar mengerutkan alisnya mendengar ucapan Ali. “Kenapa? Kamu masih yakin Matador akan menyusup ke penjara hanya demi membunuh satu orang?”
“Saya mohon maaf, Pak. Tapi memang itulah yang saya yakini.”
“Terus, apa rencanamu, Li?” Damar bertanya dengan wajah seriusnya. “Dengan keyakinan itu, apa yang akan kamu lakukan seandainya Matador benar-benar menyusup ke penjara demi membunuh Rian?”
Di penjara kota XX.
Fiuh!
Ali menghela napas panjang ketika dirinya berdiri di depan gerbang penjara kota XX. Ali menatap bangunan penjara.
Wush!
Hanya dengan melihat bangunannya yang menjulang tinggi dan terkesan sangat dingin, Ali tahu bahwa pekerjaan sementara yang dipilihnya di balik bangunan ini, jelas bukan pekerjaan yang mudah.
“Ah, jadi kamu asisten Damar?”
“Ya, Pak.”
“Ali kan?”
“Ya, Pak. Ali nama saya.”
Begitu masuk ke dalam penjara, Ali mengenalkan dirinya sembari membawa surat penting dari Damar. Awalnya Damar masih bersikeras kalau ide Ali tentang Matador yang akan menyusup ke dalam penjara kota XX untuk membunuh Rian, adalah ide gila dan tidak berdasar. Tapi melihat bagaimana Ali mempertahankan pendapatnya, Damar akhirnya mengalah dan membiarkan Ali membuktikan idenya sendiri.
Dan di sinilah Ali sekarang, berdiri di depan kepala penjara yang merupakan kenalan lama Damar.
“Aku benar-benar enggak nyangka kamu di sini! Aku pikir Damar tadi menelepon dan bercanda denganku. Tapi lihat kamu di sini, Damar sepertinya enggak bercanda.”
Ali tersenyum kecil mendengar ucapan kepala penjaga penjara.