Drrt!
Lelah selama tiga hari berkeliling memeriksa dan menelusuri jejak Matador, Damar tertidur di meja kerjanya di kantor kepolisian kota XX. Tiga anak buahnya juga tertidur dalam posisi duduk dengan kepala di meja karena kelelahan seperti yang Damar rasakan.
Selama tiga hari ini kemarin, Damar bersama dengan tiga anak buahnya bekerja tanpa istirahat dan hasil yang didapatkan Damar masih tidak sesuai dengan harapannya. Bukti kuat untuk mengungkap Matador masih belum ditemukan. Pencarian selama ini hanya membuahkan bukti-bukti pendukung bukan bukti penting yang sangat memberatkan.
Drrrt!
Hp Damar terus bergetar dan getaran itu tadi yang membuat Damar akhirnya terbangun dari tidurnya karena kelelahan.
Ali.
Nama Ali muncul di hp Damar. Sekilas bibir Damar tersenyum karena lama belum mendengar kabar dari asistennya yang kini sedang menyusup di penjara kota XX.
“Ya, Li. Kenapa pagi-pagi menelepon?” tanya Damar begitu mengangkat panggilan Ali.
“Maaf menelepon pagi-pagi, Pak.”
“Enggak masalah. Ada apa? Apa kamu menemukan sesuatu, Li?” Damar bertanya dengan sedikit penasaran.
“Sebenarnya ada satu yang mengganggu saya, Pak.”
“Apa itu?” tanya Damar lagi.
Ali menjelaskan tentang situasi penjara yang diperhatikannya selama tiga hari ini. Ali menjelaskan banyak hal mulai dari kegiatan para narapidana hingga keributan yang beberapa kali terjadi di penjara. Tapi yang menarik perhatian Damar adalah penjelasan terakhir Ali mengenai penjara kota XX yang menerima makanan narapidana dari luar yakni catering tertentu. “ … Saya tidak yakin 100%, Pak. Tapi setelah tiga hari memperhatikan, satu-satunya kemungkinan di mana Matador bisa menyusup adalah dengan melalui catering itu, Pak.”
“Kamu ingin aku menyelidiki catering itu, Li?” Damar menebak tujuan Ali menghubunginya.
“Ya, Pak. Maaf, itu harusnya tugas saya, Pak.”
“Enggak masalah. Karena kamu sedang menyusup di penjara, biar aku yang lakukan tugas itu. Nanti aku akan memeriksanya. Berikan aku, nama catering itu dan alamatnya!”
“Setelah ini akan saya kirimkan, Pak.”
Setelah itu percakapan Ali menyelesaikan permintaannya pada Damar, Ali bertanya tentang penyelidikan Damar selama tiga hari ini. Meski merasa enggan karena kesal belum mendapatkan petunjuk penting dan bukti kuat, Damar tetap menceritakan hasil penyelidikannya karena Ali adalah asistennya. Damar menjelaskan dengan detail langkah-langkah penyelidikannya selama tiga hari kemarin. Hanya saja satu hal Damar sengaja tidak mengatakannya pada Ali: nama Reno yang Damar temukan dalam pembelian mobil Matador, Damar sengaja tidak mengatakannya pada Ali.
“Pak, boleh saya bicara? Saya merasa ada yang janggal, Pak.” Ali langsung bertanya ketika Damar menyelesaikan hasil penyelidikannya yang cukup mengecewakan. Ali bertanya dengan cukup sopan pada Damar.
“Apa? Bicara saja!”
“Apa Bapak enggak merasa aneh?”
Damar mengerutkan alisnya mendengar pertanyaan Ali. “Apanya yang aneh?”
“Sampai di aksi pembunuhannya yang kelima, Matador sama sekali tidak meninggalkan jejak dan bukti yang mengarahkan polisi padanya. Bapak bilang sendiri, Matador adalah orang yang cerdas.”
Damar berusaha mengingat bagaimana dirinya berulang kali frustasi mengejar Matador karena dalam lima aksi pertamanya, Matador sama sekali tidak meninggalkan bukti yang bisa mengarahkan dirinya pada Matador. “Y-yah, sepertinya aku memang pernah bilang gitu. Trus?”
“Kenapa mendadak di pembunuhan keenam dan ketujuhnya, Matador meninggalkan jejak? Jejak itu tentu bukan keteledorannya kan, Pak? Kalo memang Matador adalah Pak Anwar, tolong abaikan fakta saya yang bisa menebaknya. Bukti tertangkapnya sosok Matador dalam rekaman CCTV, rasanya sedikit janggal, Pak.”
Deg! Jantung Damar mendadak berdetak lebih kencang ketika mendengar pertanyaan Ali itu.