M.A.T.A.D.O.R

mahes.varaa
Chapter #32

PERTUNJUKAN TERAKHIR MATADOR PART 1

“Pak, ayo!”

Reno menatap langit pagi dengan senyum di balik masker hitamnya. Tidak seperti biasanya, pagi ini ada banyak awan mendung di langit yang menghalangi sinar matahari pagi.

Akhirnya hari ini datang.

Bahkan langit pun sepertinya merestui apa yang ingin aku lakukan hari ini.

Sebelum menjawab ajakan dari rekannya, Reno bicara dalam benaknya untuk merayakan segala hal yang dilakukannya belakangan ini.

“Iya.” Reno menjawab sembari mempercepat langkah kakinya sembari membawa wadah-wadah besar yang berisi makanan pagi untuk narapidana.

Setelah semua ini, tak ada lagi penyesalan dalam hidupku.

Apa yang harus aku lakukan: menegakkan keadilanku, sudah aku lakukan.

Setelah ini, mati pun tak akan jadi masalah buatku.

Mati dengan cepat, hanya akan mempersingkat waktuku untuk bertemu Reno dan istriku.

Reno menatap wadah makanan yang dibawa oleh tiga rekannya dan senyum di balik masker hitamnya semakin lebar. Reno ingat apa yang tadi dilakukannya di dalam mobil box ketika hendak berangkat saat memeriksa wadah-wadah besar yang berisi makanan untuk narapidana.

Reno ingat dalam wadah sup, dirinya menuangkan sesuatu dalam jumlah banyak di sana dan berkat sesuatu yang dituangkannya itu, nanti akan ada pertunjukan hebat di dalam penjara kota XX.

Setelah ini … tugasku sebagai Matador, akan selesai.

Keadilan yang tidak pernah bisa negara ini berikan padaku, sudah aku tegakkan dengan caraku sendiri.

Setelah ini … semuanya akan berakhir.

Pertunjukan terakhir Matador, setelah ini akan berakhir.

 

Di sisi lain.

Teng, teng!

Alarm pertanda jam sarapan terdengar menggema di dalam penjara kota XX. Pagi ini … karena ada pengumuman bahwa ada beberapa narapidana yang akan dibebaskan karena sikap baiknya, narapidana yang biasanya makan di dalam jeruji saat pagi, kini makan bersama di ruang makan untuk perpisahan.

Makanan sudah ditata sedemikian rupa dalam kotak makan dan narapidana yang bertugas sebagai petugas bertugas untuk membagikan kotak makanan itu bersama dengan alat makan yang terbuat dari bahan plastik.

Pagi ini … Ali berjaga di sepanjang ruang makan bersama dengan beberapa rekannya, memperhatikan semua narapidana yang makan secara bergantian, makan dengan tenang.

Jam sarapan pagi dimulai dari jam tujuh pagi sampai jam sembilan pagi. Dalam durasi dua jam itu, narapidana dibagi menjadi dua kelompok dengan tiap kelompoknya akan makan dalam jangka waktu setengah jam lamanya. Sisa satu jamnya adalah jatah petugas penjara untuk makan yang juga dibagi menjadi dua kelompok. Shift pagi penjaga dimulai dari jam enam pagi dan jam delapan  pagi adalah jam yang tepat untuk sarapan pagi.

“Mau?” Salah satu rekan Ali datang membawa beberapa gelas sup dari makanan narapidana dan menawarkannya secara bergantian pada semua rekannya termasuk Ali.

“Bukannya itu milik narapidana? Kenapa kamu ambil?” Rekan Ali yang lain menegur si pembawa gelas sup.

“Ini tadi dikasih sama petugas catering. Mereka bilang jumlah supnya banyak banget. Apa yang aku bawa ini enggak akan mengurangi jatah kita nanti kok.” Si pembawa gelas menjelaskan.

“Oke kalo gitu, aku mau.”

Setelah mendengar jika jumlah sup yang dibawa berlebih, banyak rekan Ali itu mengambil gelas berisi sup itu dan langsung meminumnya. Langit yang mendung dan angin dingin pertanda sepertinya hujan akan turun berembus, membuat sup yang dibawa rekan Ali itu terlihat sangat menggiurkan.

“Kamu enggak mau, Li?” tanya si pembawa sup pada Ali yang diam dan tidak mengambil gelas sup seperti yang lain.

“Enggak, aku masih kenyang.” Ali menjawab.

Pagi tadi sebelum berangkat Ali sempat menelan dua potong roti tawar untuk mengganjal perutnya dan sekarang … Ali merasa masih cukup kenyang. Ali merasa jika sekarang dirinya meminum sup itu, nanti saat jam makan perutnya mungkin akan kekenyangan.

 

“Ya sudah, kalo gitu jatahmu buatku saja.”

“Ya, ambil saja.” Ali mengiyakan.

Slurp!!

Semua petugas yang berjaga kecuali Ali, meminum sup itu dan semuanya tersenyum bahagia karena rasa sup itu yang terasa sangat nikmat di tengah pagi mendung yang sedikit dingin.

Teng, teng!

Satu jam berlalu. Jam sarapan narapidana sudah berakhir. Setelah memastikan semua narapidana masuk ke penjara masing-masing sebelum masuk ke kegiatan harian mereka yang dimulai dari jam sepuluh, petugas penjara dibagi menjadi dua dan makan secara bergantian.

Ali sendiri yang masih merasa kenyang, memilih untuk makan di gelombang kedua. Dan sialnya, Ali kehabisan sup yang tadi disukai oleh rekan-rekannya.

Pada akhirnya aku kehabisan supnya. Ada sedikit rasa penyesalan dalam hati Ali karena tadi menolak pemberian rekannya. Tapi mau bagaimana lagi, supnya memang sudah habis dan Ali hanya bisa makan sisa lauk yang ada.

Petugas yang makan di gelombang kedua makan dengan tenang. Tapi ketenangan itu tidak bertahan lama karena mendadak alarm darurat di penjara berbunyi.

Teng, teng!!!

“Apa lagi??”

Lihat selengkapnya