Begitu tiba di kantor kepolisian kota XX, Damar membuat pengumuman darurat mengenai keadaan yang sekarang sedang dihadapi oleh Ali di penjara kota XX. Tadinya Damar ingin membawa banyak personil untuk segera membantu Ali, tapi Komisaris menghentikan niat Damar karena tidak percaya ada kejadian darurat yang sedang terjadi di dalam penjara sekarang ini.
“Apa kamu mau menyerang penjara, Damar? Kenapa kamu bawa banyak personil huh?”
Itulah cercaan yang diterima Damar ketika hendak mengerahkan banyak personil menuju ke penjara kota XX.
Sama seperti dirinya yang tidak percaya jika ada hal berbahaya yang sedang terjadi dalam penara kota XX, Damar paham akan sikap Komisaris. Damar mencoba menjelaskan apa yang tadi Ali katakan lewat panggilannya, tapi Komisaris tetap tidak percaya dengan Damar. Akhirnya Damar memakai cara terakhirnya untuk meyakinkan Komisaris.
“Coba saja Bapak hubungi kepala penjara! Kalo panggilan Bapak tidak tersambung atau mendapatkan jawaban yang tidak biasa, itu artinya memang ada yang sedang terjadi di dalam penjara sekarang!”
Untuk membuktikan ucapan Damar, Komisaris melakukan apa yang Damar minta dan hasilnya sesuai dengan apa yang diprediksi oleh Damar: panggilan Komisaris diangkat tapi jawaban yang diberikan oleh kepala penjaga adalah jawaban melantur yang tidak jelas.
“Apa-apaan ini? Apa yang sedang terjadi di dalam penjara?” Komisaris langsung geram setelah menyadari apa yang Damar katakan, benar-benar sedang terjadi.
“Saya tidak bisa jelaskan dengan rinci sekarang, Pak. Tapi sepertinya Matador benar-benar menyusup ke dalam penjara hanya untuk membunuh sasaran terakhirnya-Rian, Pak.”
Segera setelah mendapatkan jawaban itu, Komisaris dengan wajah terkejutnya langsung memberikan izinnya pada Damar untuk menggerakkan banyak personil ke penjara dan juga jika keadaan benar-benar darurat, Damar bisa memanggil bantuan baik dari rumah sakit terdekat dan bahkan damkar.
Tunggu aku, Li!
Damar langsung berangkat menuju ke penjara bersama dengan banyak personil sembari berharap bahwa Ali-asistennya akan baik-baik saja.
Harusnya aku percaya dengan instingmu, Li.
Dalam perjalanan menuju ke penjara kota XX, Damar merasa sedikit menyesal karena tidak percaya pada insting Ali dan menyebabkan kejadian ini terjadi.
Sementara itu, di penjara kota XX.
Ali berkeliling di semua lokasi penjara sembari memeriksa semua petugas yang masih sadar. Dari total jumlah petugas penjara yang dapat diingatnya, kurang dari setengahnya yang kini dalam keadaan sadar termasuk dengan dokter klinik dan jumlah itu tidak cukup untuk menghentikan kegilaan narapidana dan penjaga penjara yang saling menyerang satu sama lain.
“Dok!” Ali langsung tersenyum dengan sedikit harapan begitu melihat Dokter klinik yang dalam keadaan sehat.
“Kamu Ali kan? Petugas baru itu?”
Ali menganggukkan kepalanya. “Ya, itu saya, Dok.”
“Apa yang terjadi? Tadi aku mendengar bunyi alarm darurat dan begitu keluar, aku lihat kegilaan ini!” tanya Dokter klinik panik bercampur dengan rasa takutnya.
Ali menjelaskan dugaannya miliknya mengenai persamaan dari narapidana dan penjara yang menggila dan makanan sup dari catering yang sepertinya mengandung sesuatu.
“Supnya bermasalah?” tanya Dokter klinik lagi.
“Saya duga begitu. Untuk sementara Dokter jangan berkeliaran sembarangan! Narapidana dan separuh penjaga menggila entah apa yang ada dalam pikiran mereka sekarang! Mungkin mereka akan menyerang dokter nantinya!”
“Apa kita enggak minta bantuan? Seperti katamu, jumlah penjaga yang masih sadar kurang dari setengah!” Dokter klinik masih sangat panik meski Ali sudah sedikit memberi gambaran situasi saat ini dan langkah apa yang harus dilakukan.