Wiu, wiu!
Tadinya begitu tiba di depan gerbang penjara kota XX, Damar bersama dengan banyak personil kepolisian kota XX perlu mendobrak gerbang untuk bisa masuk ke dalam area penjara kota XX. Tapi begitu tiba di depan gerbang, Damar mendengar teriakan dengan menggunakan megafon yang menghentikan niatanya.
“Tunggu, tunggu sebentar! Aku akan bukakan pintunya!”
Dokter? Damar menyipitkan matanya melihat seorang pria dengan mengenakan jas putih layaknya dokter yang sedang membukakan gerbang untuknya dan pasukan kepolisian kota XX.
“Di mana Ali?” tanya Damar begitu pasukannya masuk ke dalam area penjara kota XX. Sebelum masuk ke dalam penjara lebih dalam lagi, Damar perlu tahu apa yang sedang terjadi. Dari percakapan singkatnya dengan Ali melalui telepon, Damar hanya tahu bahwa narapidana dan beberapa penjaga mengalami kegilaan dan menyerang satu sama lain tanpa alasan.
“A-Ali tadi pergi. Katanya ada yang perlu diselidiki.”
Damar menatap dokter dengan jas putihnya. Dokter di hadapannya itu mengenakan kacamata di wajahnya. Hanya dengan melihat wajahnya yang terlihat tidak jauh berbeda dengan Ali, dokter di hadapannya mungkin masih berumur di awal 30 tahunan. Dari wajah, pengamatan Damar turun ke tangan dokter dan menemukan jika tangan dokter masih sedikit gemetar.
Dia masih muda.
“Karena aku dan pasukanku tidak tahu seluk beluk penjara, dokter bisa jadi penunjuk kami?” tanya Damar.
Sekali lagi tangan dokter itu gemetar dan kali ini gemetar itu terlihat lebih jelas dari sebelumnya. Tapi dokter itu berusaha menyembunyikan gemetar di tangannya. Hanya dengan melihat usaha kecil itu, Damar sadar dokter di hadapannya memiliki rasa tanggung jawab yang besar meski rasa takutnya juga besar.
“Sa-saya akan bantu, Pak.”
“Tenang saja, Dok! Saya dan pasukan ini, pasti akan melindungi Dokter.”
“Te-terima kasih banyak, Pak. Kalo boleh tahu siapa nama Bapak Polisi ini?” tanya dokter.
“Saya Detektif Damar. Sekarang tolong pandu kami, Dokter.”
“Sebelum itu, Pak. Apa kalian membawa tali?”
“Tali? Untuk apa?” tanya balik Damar.
Tadinya Damar tidak paham kenapa Dokter meminta tali sebelum mengantar Damar dan pasukannya ke dalam penjara. Tapi begitu sampai di dalam penjara, Damar akhirnya paham alasan dokter yang jadi pemandunya bertanya soal tali padanya sebelum masuk ke dalam penjara. Begitu sampai di dalam penjara, Damar akhirnya melihat kegilaan yang Ali maksud dalam panggilannya tadi.
“Ini gila! Apa yang terjadi di sini?”
Sekarang di hadapan Damar bersama dengan pasukannya dan juga dokter yang kini bersembunyi di belakang punggung Damar, melihat bagaimana kegilaan yang dimaksud oleh Ali. Pemandangan di depan Damar saat ini benar-benar tidak bisa dipercayainya. Penjaga penjara saling menyerang satu sama lain, narapidana juga melakukan hal yang sama: menyerang satu sama lain baik di dalam sel atau di luar selnya. Banyak darah berceceran bersama dengan tubuh penjaga dan narapidana yang ambruk di lantai seolah baru saja terjadi tawuran besar-besaran di dalam penjara kota XX.
“Ali bilang ada yang salah dengan supnya. Ali membuat saya menjaga gerbang karena Ali tidak bisa membukakan pintu gerbang karena harus memeriksa sup yang dimakan banyak orang.”
“Oke. Sekarang Dok, tolong tetap di belakangku!”
“Ya, Pak.”