Seperti biasa, kedai Jjangmyeon tempat Yuri bekerja selalu ramai oleh pengunjung di jam makan siang seperti sekarang ini. Gadis bersurai hitam itu sesekali mengusap peluh di keningnya dengan punggung tangan.
Sungguh melelahkan. Terlebih sejak pagi kedai itu tak surut oleh pengunjung. Dikarenakan ini adalah akhir pekan. Biasanya, jika akhir pekan Yuri sampai harus lembur hingga larut malam.
Sebenarnya Yuri sudah memberi saran pada pemilik kedai untuk menambah satu karyawan lagi agar tidak terlalu kuwalahan. Tapi usul gadis itu selalu ditolak oleh Choi Soobin-- si owner yang keras kepala.
"Berhenti memaksaku, Yuri. Kau pikir aku sanggup membayar banyak karyawan?" bantah Soobin saat Yuri kembali menyuarakan aspirasinya. Gadis itu hanya ingin menyelamatkan dirinya yang selalu didera rasa lelah tak tertahankan.
"Banyak katamu? Hei, Tuan Choi, karyawanmu itu hanya aku. Bagaimana kau bisa berkata banyak?" kesal Yuri mendengar alasan tak masuk akal bosnya.
"Lagi pula omset kedaimu ini juga lumayan. Oh ya, dan kau harus mencari satu juru masak lagi. Kulihat kau juga kuwalahan memasak sendiri di dapur," usul Yuri. Ia juga tak tega ketika melihat bosnya itu kerepotan.
"Tidak! Berhenti memintaku untuk melakukan hal yang tidak perlu. Lagipula aku tidak ingin cita rasa Jjangmyeon warisan keluargaku berubah jika orang lain yang memasaknya."
"Dasar pelit! Bilang saja kau tidak ingin membagikan sebagian rejekimu untuk orang lain. Kau hanya selalu menumpuk uang tapi tidak pernah peduli dengan dirimu sendiri," ocehan Yuri tersebut membuat Soobi terdiam.
Pemuda itu memiliki alasan tersendiri untuk melakukan semua hal tersebut. Ia bukan orang pelit dan tidak mau memberikan sebagian uangnya untuk orang lain-- yang bekerja dengannya seperti yang dikatakan Yuri. Memang benar juga, Soobin tidak pernah peduli dengan dirinya sendiri. Yang ada di otaknya hanya bekerja, bekerja dan bekerja. Bahkan kesehatan dirinya sendiri pun sepertinya sudah tak penting lagi.
Choi Soobin memiliki alasan tersendiri. Seharusnya orang lain tidak perlu menghakiminya seperti itu. Orang lain tidak tahu apa yang dialami Soobin, sehingga ia berbuat seperti itu.
"Kau mau pulang atau mau jadi penunggu kedai ini? Minggir! Aku akan menutup dan mengunci pintu kedai ini!" perintah Soobin pada bawahannya itu.
Otomatis Yuri bergeser beberapa langkah untuk bisa berada di luar kedai. Ya, tadi mereka memang sedang mengobrol di ambang pintu utama kedai.
Soobin menutup pintu dengan sedikit keras, melampiaskan kekesalannya pada Song Yuri yang sudah berani mengatur hidupnya.
"Dia pikir dia siapa? Berani mendikteku," kesal Soobin dalam hati. Jika ia tidak ingat bahwa gadis itu sangat berjasa pada kedai Jjangmyeon warisan keluarganya, sudah pasti ia akan memotong gaji gadis itu bulan ini.
Hanya Song Yuri yang betah bekerja 2 tahun lamanya untuk kedai Jjangmyeon milik Choi Soobin. Karyawan yang sudah-sudah, paling lama hanya betah 2 bulan. Itu semua karena Choi Soobin si perfeksionis yang tak terbantahkan. Hanya Song Yuri yang bisa memahami sifat si pemuda. Itu semua karena mereka sudah berteman sejak di bangku sekolah menengah atas.
***