Tahun 1957 (flashback)
Mereka anak muda dewasa pada masanya, yang hanyut dalam buaian asmara yang menyesatkan. Menanam bibit yang akan mereka tuai di masa tua, tanpa pernah mereka duga, bahwa apa yang mereka tanam, itulah yang akan mereka tuai.
Seperti berjalan yang tidak sampai keujung, karena akan menikah dengan Evi, Gerry terpaksa tidak menyelesaikan kuliahnya sampai S1, ia hanya sampai jenjang pendidikan sarjana muda. Pada tahun itu, menyandang gelar sarjana muda dengan titel Bachelor of Art (BA), sudah sangat membanggakan.
Padahal setiap langkah yang dilakukan, ada argo yang harus dipertaruhkan. Gerry abai memperhitungkannya. Seharusnya sekali melangkah pantang surut kebelakang, itulah petuah kebanyakan orang tua di Sumatera. Gerry rupanya merasa langkahnya sudah cukup sampai disitu.
Sementara Rony masih melanjutkan kuliah di fakultas pendidikan di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta. Oh ya, Gerry sarjana muda jurusan akuntansi. Gerry pulang ke daerah lebih awal, namun posisi jabatan dan kekasihnya sudah menunggu.
Sebagai pemuda dari kalangan keluarga terpandang, Gerry sangat mudah mendapatkan kedudukan di pemerintahan, terlebih lagi saat itu pemerintah daerah sangat membutuhkan pemuda dengan pendidikan yang memadai, untuk mengisi posisi jabatan penting di pemerintahan.