Setelah Gerry wafat dan Evi masuk tahanan, anak-anak Evi dan Gerry seperti anak Yatim Piatu, tidak ada yang mengawasi. Untuk memenuhi janjinya pada Evi, Rony mengunjungi anak-anak Evi di rumahnya.
Setelah Gerry sudah meninggal, maka keluarganya kembali ke rumah yang lama, karena rumah yang ditempati saat itu, merupakan rumah jabatan yang harus diserahterimakan kepada pejabat pengganti Gerry.
Hati Rony sangat sedih melihat keadaan anak-anak Gerry dan Evi, secara materi mereka memang tidak kekurangan, tapi secara perhatian dan kasih sayang, mereka tidak lagi mendapatkannya.
Apalah artinya harta yang berlimpah kalau tidak mendapatkan kasih sayang, itulah yang dialami anak-anak Gerry dan Evi. Rony tidak ingin anak-anak itu mengalami depresi, karena selalu dicibir dalam pergaulan. Itulah perlunya Gerry mengunjungi mereka saat itu.
Saat Rony datang, kebetulan keduanya lagi ada di rumah, mereka mengurung diri sejak mamanya di tahan pihak yang berwajib. Anya anak tertua sudah berumur 20 tahun, sementara Boy anak kedua Evi, berumur 16 tahun.
Anak seusia itu sudah sangat sensitif terhadap lingkungannya, mereka menanyakan banyak hal pada Rony,
"Om Rony, menurut om apa kesalahan mama, sehingga tersangkut kasus hukum?" Tanya Anya
"Mama kalian dianggap terlibat dalam pembunuhan Meylan", jawab Rony
"Om yakin mama terlibat?" Tanya Boy sedikit menyelidik
"Ya om bisa apa? Pihak kepolisian mengetahui keterlibatan mama dalam pembunuhan itu", jawab Rony
Banyak pertanyaan-pertanyaan kritis yang dikemukakan anak-anak Evi, mereka sulit menerima kenyataan tersebut. Menurut mereka mamanya setiap hari ada di rumah bersama mereka, kapan waktu mamanya ketemu orang lain, bahkan memerintahkan untuk membunuh Meylan.
Bahkan mereka menanyakan posisi Rony dalam kasus itu, karena mereka tahu dari pemberitaan media, kalau Meylan adalah kekasih Rony. Mereka juga menanyakan Rony, sebagai pejabat kok gak bisa membantu mamanya.