Listia berbicara sangat santai dengan Lucy, bahkan tanpa emosi, meskipun hatinya terbakar cemburu, namun dia seakan-akan tidak berhak untuk cemburu, sementara Lucy menjawab pertanyaan Listia dengan sangat sungkan,
"Kamu mencintai Fedro sebatas apa Lucy?" Tanya Listia pada Lucy
"Saya sangat mencintainya bu, bagi saya Fedro adalah masa depan saya," jawab Lucy tanpa berani menatap kearah Listia.
Pada awalnya Listia tidak habis pikir, kok ada stafnya yang berani terang-terangan mencintai Fedro. Mendengar pengakuan Lucy, pada akhirnya Listia juga harus memaklumi, karena Fedro dan Lucy masih sama-sama lajang. Pada akhirnya Listia mempersilahkan Lucy untuk menemui Fedro.
Lucy tidak menyangka kalau Listia akan interogasi dia, dan diluar dugaan dia kalau Listia tidak memarahinya. Lucy akhirnya mengikuti anjuran Listia untuk menemui Fedro. Sesampai didepan kamar Fedro, Lucy menjadi ragu ingin memencet bell, karena rasa kesalnya pada Fedro belum mampu dihilangkan dari hatinya.
Belum sempat dia memencet bell, kamar Fedro terbuka,
"Aku baru aja mau nyusul kamu ke coffee shop, tadi aku sudah kesana, begitu aku tahu ada bu Listia, aku balik badan deh," kata Fedro
Fedro peluk Lucy, dan membawanya ke kamar, Fedro minta maaf sama Lucy, cuma saja Lucy tetap diam tidak memberikan jawaban.
"Aku minta maaf ya, sudah membuat kamu kecewa," kata Fedro. "Kamu kan tahu seperti apa bu Listia, kami gak melakukan apa-apa kok tadi." Fedro berusaha untuk membujuk Lucy. Fedro terus menjelaskan pada Lucy, tentang situasinya di kamar saat dengan Listia.
"Udah mas, gak usah dibahas lagi." Jawab Lucy, dengan ekspresi yang masik jutek.
Bukan Fedro namanya, kalau dia tidak bisa menaklukkan Lucy. Fedro peluk Lucy dari belakang, disibaknya rambut Lucy dibagian belakang leher, Fedro mencium dengan lembut, dan penuh agresif.
Lucy sangat menikmati apa yang dilakukan Fedro, dan Fedro sangat faham kalau Lucy sudah mengganti kemarahannya dengan kegairahan yang memuncak. Kemarahan Lucy semakin mereda, dia tidak bisa lagi menahan desahannya.