Maafkan Aku yang Telah Jatuh Cinta

Jane Lestari
Chapter #24

Bagian 24

“Mbak Linda!!”

Lia terpaku. Jantungnya seperti berhenti bekerja. Dia tidak percaya, wanita yang bersama Bilal adalah wanita yang sangat dikenalnya. Wanita yang sebulan ini terus saja menganggu pikirannya dengan cerita hidupnya.

Bilal? Apakah dia? Ya Allah… Lia terus bergumam.

Linda menyambut Lia dengan senyuman. Sambutan yang tampak biasa. Padahal mereka terlibat dalam sebuah cerita yang sangat rumit.

“Oh ya. Kita kenalan dulu, dong,” ujar Meylani.

“Lia, udah kenal dengan istri Bilal?”

Lagi, Lia seperti tersambar petir. Dia merasakan badannya bergetar tak biasa. Detak jantungnya tak biasa.

Linda menjulurkan tangan.

“Linda Agustina Permana, Mbak Camelia,” ucapnya.

Lia pun menyambut tangan itu, dengan ragu.

“Wah, udah kenal, ya?” tanya Meylani.

“Siapa yang tidak kenal, konsultan terkenal, Mbak Camelia Zenia dari Rumah Bahagia!” Linda tersenyum, diikuti Mey.

Lia justru semakin gelisah. Dia bingung bersikap. Hatinya tidak tenang.

“Lia, giliran kamu, dong. Kenalin tuh cowok ganteng di samping kamu,” goda Meylani.

Lia berusaha tenang.

“Bi, Linda, kenalin Willy Samudera,” ucap Lia, singkat.

“Cuma itu?” tanya Mey.

Lia memberi isyarat, tidak paham maksud Mey.

“Bi, Linda, Willy ini calon suami, Lia!” jelas Mey.

Bilal terlihat tenang, namun dia membuang pandangannya pada ponsel yang digenggamnya.

Linda menatap sikap aneh suaminya. Dan jelas, dia sudah paham apa yang terjadi.

Lia ikut terpaku. Willy yang ada di sampingnya tampak bingung. Suasana terlihat sangat kaku. Acara yang diharapkan membawa bahagia, ternyata terjadi sebaliknya.

Di sudut halaman belakang, Melati tampak mendekati Mey.

“Kak Mey?” ucap Melati, menyentuh pundak Mey.

“Ya Allah, kamu Mel, ngagetin!”

“Kak, ngapain undang kak Bilal sih?”

“Kan teman kami juga, Mel.”

“Coba Kak Mey lihat. Suasanya dingin. Tidak ada satu pun yang memulai obrolan. Yang kasihan itu mas Willy. Dia bingung menempatkan diri.”

“Ya bagaimana lagi, Mel. Mau gak mau, Bilal dan Lia harus terbiasa dengan keadaan ini. Kalau selalu menjaga jarak, hubungan kami tidak akan pernah bisa baik.”

“Kak,” Melati lebih dekat ke Mey, berbisik.

“Iya Mel. InsyaaAllah semua akan baik-baik saja.”

“Kalian, ada apa bisik-bisik?”

Melati dan Meylani tersentak. Lia tiba-tiba hadir di tempat itu.

“Gak kok Kak. Aku cuma bahas tentang kak Leo,” ucap Melati, menutupi kenyataan.

“Kakak pikir ada yang kalian sedang rencanakan, atau ada yang kalian sembunyikan.”

Melati menatap Meylani. Mata mereka jelas saling menguatkan untuk tetap tenang.

Giliran Lia yang terpaku.

Ya Allah, apa yang sebenarnya tengah Engkau perlihatkan padaku? Apa mungkin, Bilal mencintaiku? Ya Allah, tolong berikan aku kebenaran.

“Kak Lia?!”

Lagi, Lia tersentak. “Iya?”

“Kak Lia kenapa melamun? Ada yang terjadi?”

Apakah aku harus menceritakan ini pada mereka? Ya Allah, aku benar-benar bingung.

“Kak Lia, kok malah bengong lagi?”

“Ayo kita ke depan. Masa ninggalin tamu begini,” ajak Meylani.

Ketiganya pun kembali bergabung dengan teman-teman mereka di meja makan.

Beberapa jam berlalu, makan malam berakhir.

Leo datang bersama sebuah gitar. Dia tampak menatap Bilal dan Camelia.

“Pemain gitar kita, bolehkah kami meminta persembahan malam ini?” pinta Leo.

Lia memegang kepalanya.

Leo, mengapa kamu harus begini?

Lihat selengkapnya