Maafkan Aku

Dewi Hastuti
Chapter #1

1. ASMARA

Seorang remaja berseragam putih abu-abu tengah grasa-grusu mencari sebuah buku. Ada beberapa tugas yang harus ia selesaikan dalam minggu ini, sementara buku-buku pendukung untuk tugas tersebut sama sekali belum ia miliki. Mana ada dua kroco-kroco yang ngintilin terus minta dibuatkan tugas namun dengan tema berbeda. Jelas harus punya banyak refensikan jadinya. Untung mereka sohiban sejak SD. Jadi apapun ia rela melakukan untuk kroco-kroco tercintanya itu, karena dilain waktu ketika Tyas membutuhkan bantuan merekajuga siap menjadi garda terdepan.

“Tyaaasss,…udah dapet belum?”

Tiba-tiba datang seorang remaja berseragam putih abu-abu lainnya dengan satu kantong makanan ringan dan mulut penuh berisi makanan.

“Gila lu ya. Lu pikir ini toko buku emak lu teriak-teriak kayak gitu.” Ternyata gadis manis nan ayu serta santun itu bernama Tyas.

“Tyaasss, gue udah beliin lu cemilan buat ntar malem yaaa.”

Tak lama berselang datang lagi gadis remaja berseragam putih abu-abu yang tak kalah heboh dari teman sebelumnya tadi.

“Apalagi nih persiapan buat perang ntar?”

“Udah cukup. Lu pikir perut gue gentong apa?” lirik Tyas pada sekantong plastik besar camilan aneka merek plus minuman kaleng. Sesuatu yang jelas merusak diet sang Merpati Putih, julukan bagi Tyas dari teman satu gengnya.

“Dah, ini semua buku yang gue butuhkan entar malem. Lu bayar sana. ”

“Siiip. Yang penting tugas kelar dan Miss Rosdiana kita gak manyun lagi.”

 

Diantara mereka bertiga memang Tyas yang paling pintar. Dua kroco yang menjadi sohibnya itu sering tidak menyelesaikan tugas sehingga terkena ultimatum dari Miss Rosdiana, guru Pengantar Sosiologi yang juga adalah Wali Kelas mereka. Jika masih tidak menyelesaikan tugas, maka mereka harus siap dengan surat panggilan untuk kedua orang tua. Hari gini dipanggil ortu ke sekolah? Aduuh, bikin malu sejagad raya aja. Makanya mereka siap melakukan apa saja untuk Tyas demi sebuah tugas yang tak pernah mereka mengerti bagaimana cara mengerjakannya. Dasar kroco koplak. Tapi, Tyas tetap nyaman-nyaman aja berteman dengan Zio dan Cherry. Emang persahabatan tak mengenal logika ya. Ups, bukannya cinta yang tak kenal logika? Ah, masa bodohlah. Inikan dunianya Tyas dan para kroconya. Dunia putih abu-abu. Toh di dalam persahabatan mereka juga ada cinta dan kasih sayang yang tak berbatas karena mereka dipertemukan sejak masih orok.  

“Maafkan teman-teman saya ya Oom. Mereka emang biang kerok keributan.” pamit Tyas dengan senyum termanisnya untuk si pemilik toko buku setelah mereka usai membayar semua buku yang diambil Tyas. Si pemilik toko buku pun membalas tersenyum. Dan senyumnya itu membuat Tyas terpaku sepersekian detik. Pandangan mata mereka saling beradu. Sang Merpati Putih nan ayu itu merasa ada getar aneh menjalar di dadanya saat ia tak bisa melepaskan tatapan matanya dari pria yang jelas terpaut jauh dari usianya.

“Woiiii pulang woiii, lama amat sih masukin buku ke tas. Sini biar gue yang pegang.”

Cherry yang selalu tampil serba serasi, merebut kantong plastik berisi buku-buku yang baru saja mereka bayar dan terima dari pemilik toko.

Tyas terkejut dan tergesa mengikuti Cherry dan Zio yang mulai meninggalkan toko. Sekilas Tyas masih menoleh ke belakang sebelum benar-benar beranjak pergi. Dan pria itu masih menatap kepergian Tyas hingga gadis itu hilang dari keramaian.

###

 

Seminggu kemudian, Tyas dan kedua kroconya kembali ke toko buku yang sama. Mencari buku-buku lain untuk tugas lain. Kali ini tugas dari Miss. Quiet. Guru Bahasa Inggris mereka yang selalu kewalahan mengatasi kegaduhan di kelas setiap beliau mengajar. Sehingga kalimat ,”Quiet, please,” selalu bergema setiap 5 menit dari bibirnya. Jadilah gelar Miss Quiet dilekatkan padanya oleh murid kelas 3 Sos 3, kelas   Tyas dan kroco-kroconya.

Kali ini tugasnya adalah membaca novel berbahasa Inggris kemudian menulis resensi buku tersebut. Jelas dua kroco lagi-lagi mengandalkan Sang Merpati Putih. Tyas mencari-cari novel berbahasa Inggris yang akan dijadikan bahan resensinya. Ternyata buku-buku yang ia tuju berada di rak paling tinggi. Saat ia mencari dua kroco untuk membantu, kedua makhluk aneh itu malah tak terlihat batang hidungnya. Entah di bagian rak buku mana mereka berada. Dasar, rutuk Tyas. Giliran dibutuhin aja, mereka ilang bak setan hantu blau. Tyas menghembuskan nafasnya dengan sangat keras.

 

“Mau buku yang mana, Dek?” tiba-tiba sebuah suara menyapa Tyas. Karena tak menyangka akan didatangi seseorang membuat Tyas terkejut dan melemparkan buku-buku yang berada di tangannya. Salah satu buku yang cukup tebal mengenai hidung pria yang tadi mendatangi dan menyapanya.

“Aduh!” pekik pria itu dan mengusap batang hidungnya yang pasti sangat sakit terkena lemparan buku dari tangan Tyas.

Tyas terpana saat mengetahui bahwa pria itu adalah pemilik toko buku tersebut.

“Maaf, maafkan saya, Oom. Saya tidak sengaja, habis Oomnya ngagetin sih,” ucap Tyas terbata-bata.

Sejurus pria itu tersenyum setelah mengumpulkan buku-buku yang berserakan setelah terlempar dari tangan Tyas.

“Tidak apa. Ini bukunya. Ada yang bisa saya bantu?”

Tyas teringat novel yang hendak ia pilih dan terletak di rak tertinggi.

“Ya, saya mau ambil novel itu.”

Pria itu pun menganggukkan kepalanya dan dengan sigap mengambil buku yang dimaksud Tyas. Mendadak Tyas kembali merasakan debar aneh di dadanya. Dan sepasang kakinya tak bisa ia gerakkan sehingga tubuhnya yang oleng hendak jatuh bersentuhan dengan pria itu.

Lihat selengkapnya