Tak ada yang mengetahui bagaimana awalnya, namun tak lama kemudian akhirnya sepasang anak Adam itu terlihat selalu bersama bagai dua sejoli yang tak terpisahkan. Kisah cinta mereka begitu indahnya. Ya, Tyas akhirnya mendapatkan cinta Kenang, nama pria pemilik toko buku itu. Dan Eddo menjadi saksi bagaimana indahnya perjalanan cinta mereka. Namun sayang entah bagaimana kelanjutan kisah cinta mereka, usai wisuda Tyas malah menerima permintaan terakhir nenek untuk menikah dengan Fahri. Seorang pria pilihan nenek.
Kenang dengan lapang dada justru menerima undangan pernikahan Tyas. Ia datang pada hari perayaan pesta resepsi pernikahan Tyas dan Fahri. Tyas justru yang tak mampu menghadapi kedatangan Kenang dan berlari ke kamar pengantin seketika begitu ia melihat sosok bayangan tubuh pria berjuluk Smiling Face itu. Tyas beralasan bahwa perutnya tiba-tiba sakit. Sebelum Kenang masuk ke halaman rumahnya, Tyas sudah mengurung diri di dalam kamar mandi. Menghidupkan kran air sebesar-besarnya dan menangis sejadi-jadinya. Selanjutnya Tyas tak pernah lagi muncul untuk duduk di pelaminan menemani Fahri bersanding. Alasan sakit perut, serta teringat pada Ayah dan Ibu yang tak mendampinginya cukup masuk akal dan diterima oleh Fahri beserta undangan yang tidak melihat kehadiran Tyas dipelaminan. Hanya Eddo yang mengetahui alasan sesungguhnya atas ketidak munculan Tyas.
Kenang Kita sangat berharap bisa menyaksikan wajah Tyas untuk terakhir kalinya karena usai menghadiri pesta tersebut, Kenang telah mempersiapkan kepindahannya ke Kota Bandung. Namun kenyataannya, ia termangu seorang diri duduk di meja tamu karena tak menemukan sosok wanita yang sangat ia cintai itu. Dimanakah dirimu, Kasih? bisik Kenang di dalam hati. Keluarlah agar aku bisa menyaksikan rembulan yang indah di wajahmu itu untuk yang terakhir kalinya, pinta Kenang di dalam hati.
Setelah sekian tahun menyendiri, Kenang Kita menemukan sesuatu yang lain di dalam sosok gadis belia yang cerewet itu. Kenang mengulang kembali kisah indahnya saat pertama kali berjumpa dengan Tyas. Kehadirannya di toko buku sejak kemunculan pertama Tyas, selalu ia nantikan. Bahkan ketika Kenang mengetahui bahwa gadis itu adalah tetangga sebelah rumahnya, hatinya pun semakin berbunga-bunga. Ia tahu jarak usianya dengan Tyas cukup jauh. Bahkan Tyas malah memanggil Kenang dengan sapaan Oom untuk yang pertama kalinya. Namun justru karena panggilan nyeleneh itulah membuat ia semakin berharap akan kedatangan gadis itu. Dan, cinta mereka tidak bertepuk sebelah tangan.
Hari-hari indahpun mereka lalui bersama. Tyas adalah gadis belia yang mampu mengobati luka hati Kenang setelah seorang perempuan lain yang sebaya dengannya meninggalkan Kenang Kita saat ia berkuliah dulu. Wanita itu lebih memilih menikah dengan pria kaya, sementara Kenang Kita masih harus berjuang membesarkan toko buku milik Papanya. Sambil kuliah, Kenang Kita juga mengurus adik bungsunya yang masih balita. Ibunya meninggal karena kanker rahim ketika si bungsu berusia dua tahun. Kehidupan mereka memang sangat sederhana ketika itu. Saat kehidupan mulai membaik, Kenang membawa seluruh anggota keluarganya pindah ke rumah yang lebih besar. Dan di sanalah ia bertemu gadis belia nan cerewet itu.
Kenang sebenarnya sudah mengetahui jika mereka bertetangga sejak awal kedatangan Tyas. Namun ia segan untuk menyapa. Gadis itu masih terlalu belia. Namun kehadiran selanjutnya tak mampu menahan rasa suka dihati Kenang. Apalagi si gadis cerewet telah berubah menjadi seorang wanita yang sangat anggun. Beruntung Kenang Kita mendapat sebuah sambutan yang sangat ia harapkan. Ketika gadis belia yang telah berubah menjadi wanita dewasa nan anggun itu berulang tahun yang ke 22 tahun, Kenang menghadiri pesta kecil yang di adakan di sebuah resto ternama Kota Padang. Usai pesta Kenang mendapat kesempatan untuk berdua saja dengan Tyas. Ia mengucapkan selamat ulang tahun dan memeluk Tyas.
Kenang merasakan Tyas menerima pelukan itu dengan sepenuh hati. Menenggelamkan segala rasa yang selama ini ia pendam. Akhirnya pertahanan Tyas luruh dibalik sapuan lembut bibir Kenang. Tyas sadar itu bukanlah sentuhan pertama dari seorang pria pada dirinya. Tapi, kehadiran Kenang adalah yang pertama di hatinya. Sungguh itu adalah pengalaman pertama ia menyerahkan dirinya dengan sepenuh jiwa pada seorang pria. Pria yang membuat debar dijantungnya menjadi tak beraturan. Dan pria yang menghadirkan rasa itu bernama Kenang Kita. Pria yang ia juluki Si Smiling Face.
Kenang ataupun Tyas, jelas tak akan pernah melupakan kejadian yang kemudian mengukuhkan mereka menjadi sepasang kekasih itu. Namun ada sesuatu hal yang tak bisa dijabarkan oleh Kenang ketika ia harus merelakan gadis cerewet itu pergi meninggalkannya untuk selamanya karena Tyas menerima tawaran dari neneknya untuk sebuah perjodohan. Kenang tidak tahu ada rahasia apa dibalik kepasrahan Tyas menerima Fahri sebagai suaminya. Bukan Kenang tak mau mempertahankan Tyas dihadapan Papanya saat itu. Hanya saja Tyas tak mengerti bahasa isyarat yang dikirimkan Kenang Kita kepada Tyas.
Tyas terlanjur mengartikan kediaman Kenang sebagai penolakan saat Tyas menyatakan bahwa nenek sudah tak memiliki waktu banyak lagi untuk menunggu kesiapan rencana mereka pada tahap selanjutnya. Kenang tidak memberikan jawaban apapun pada Tyas saat itu. Lama Tyas menunggu, sementara nenek sudah ribut bertanya kapan ia dan Kenang akan meresmikan hubungan mereka.