"Nay, Gua tagih janji Lu."
"Hah? Janji apa An??"
Aniyya menghembuskan nafas panjang. "Masa lupa?! Makanya otaknya dipake, jangan mikirin tarian mulu."
"Huft, iya. Nay, inget kok. Annnnn."
Nayla membelokkan langkahnya setelah beberapa meter keluar dari kelas. "Nay, kenapa belok?"
"Mau ngambil dagangan dulu."
"Naylaaaaa! Nanti keburu balik si Aliyya." Aniyya sudah tidak tahan dengan sikap Nayla.
"Aniyya, sekarang 'kan jadwalnya Aliyya rapat OSIS, jadi yauda. Kita tunggu aja."
Aniyya mencerna ucapan Nayla yang ada benarnya. "Bener juga Lu, terus nanti gimana?"
"Masa ketua genk yang ditakuti siswa/i malah nanya ke Nay."
Aniyya melihat Aliyya yang berlarian. Lalu Aniyya menarik tangan Nayla. "Cepet!"
"Ada wakil ketos nih!" Nyingir Aniyya yang menghadang Aliyya.
Aliyya terdiam sejenak dan bekata. "Maaf, sudah tidak ada waktu lagi, Aliyya telat. Saya mohon, izinkan saya lewat."
"Eitsss, gak bisa gitu dong!!"
"Aniyya, kakak mohon, ini penting." Balas Aliyya dengan nada lembut.
Memang Aliyya dengan Aniyya kembar seiras, dengan akhiran nama Humaira. Tetapi Aliyya tinggal bersama ibunya sedangkan Aniyya bersama Ayahnya---Sultan. Perbedaan sangat jelas terlihat dari covernya saja, Aniyya dengan lengan bajunya yang ia gulung, kerudung ditalikan kebelakang leher, rok yang ngetat dan membentuk pant*t yang sempurna.
"Aduhaduh, anak IPA culun banget dahh, blaga-blagu pake kerudung kayak ibu-ibu pengajian, situ mau ngaji di musolah apa mau sekolah Hahaha," cletuk temannya Aniyya yang baru datang.
Dengan berat hati Aliyya meninggalkan Aniyya dengan mata berkaca Aliyya ikhlas menghadapi semua ini dengan sabar dan bantuan Allah, tidak ada waktu untuk menangis, sekarang Aliyya punya jabatan disekolah harusnya ia harus menunjukkan akhlak yang baik, agar dapat dicontoh oleh siswa lainnya.