Agung bergegas mencari baju Nazla, dan melihat Nayla yang masih pulas tertidur.
"Naz??" tanya Agung yang sudah berada di depan pintu kamar mandi.
"Lama banget sih? Tau ga? Naz kedinginan. Kayak dikurung di dalem lemari ice."
"Lebay amat, udah pake nih."
"Iya."
Nazla membuka sedikit pintu kamar mandi. Sergap ia mengambil baju dari genggaman Agung.
"Jutek amat, terima kasih," kata Agung dengan nada seperti anak kecil.
Nazla semakin kesal. "Ceritanya mau ngeledek? Ohh, gitu ya."
"Siapa yang ngeledek, cuma mau kasih tau aja. Ternyata manusia itu serakah ya, inginnya menang sendiri. Susah banget buat ucapin Terima masih, maaf dan tolong."
"KAKAK!!!!"
Mata Agung membulat dan membungkam mulutnya sendiri.
"Berisik, Naz!"
"Ada apa??" tanya calon suami Nazla yang menghampiri mereka.
Mampus, mampus, mampus. Batin Nazla.
"Eeu, engagapapapa. Biasa adek sama kakak pasti ada aja tingkahnya. Saya tinggal dulu," pamit Agung.
"Naz??"
"Ii-iya, Mas. Sebentar," jawab Nazla.
"Hah? Betah banget di dalem sumur, lagi ngapain Naz? Hahahaha."
" Em ... lagi pake baju."
"Hah?"
"Ahhh, Mas sana ajaa, tunggu disanaaaa. Naz mau pake baju dulu."
"Emang gaboleh, Mas tunggu disini?!"