Nayla berjalan dibelakang Gilang yang saat ini sedang memakan ice cream.
"Enak ya, si cowok lagi bawa belanjaan, tapi si ceweknya makan ice cream, padahal yang dibawa si cowok itu belanjaan si cewek semua."
Nayla memberhentikan langkahnya dengan tiba-tiba. "Kalo gak ikhlas, mending jangan."
Gilang terhenti, dengan posisi semula ia menjawab. "Kalo gua gak ikhlas, ngapain gua bayar semua ini." Gilang melanjutkan langkahnya.
"Tapi, yang ikhlas itu dibarengin senyum manis, gak gegurutu kayak gitu." Nayla mengikuti langkah Gilang.
Gilang mengacuhkan ucapan Nayla. Mereka telah menaiki mobil, sudah lima menit perjalanan masih saja tidak ada suara yang terdengar diantara mereka.
"Nay?" Gilang mencoba untuk mendahului.
"Hem."
Asli, kayaknya marah deh, ah dasar cewek hobinya marah mulu. Batin Gilang.
"Tau ga, sih?" Gilang menanyakan pada Nayla, agar tidak sepi lagi.
"Gak, dan gamau tau."
"Jadi gamau tau? Yauda gapapa, tapi kalo kamu tauu pasti ketawa, gua aja ketawa."
"Hmm, yauda coba dulu." Nayla masih menatap ke depan.
Dasarrrr cewekkkk! Kalo bukan cewek, abis lu, eh gak deg, gua sayang aja ama lu. Batin Gilang.
"Jadi, pas lu-
Potong Nayla. "BISA ENGGAK? KALO NGOMONG SAMA NAY, PAKE BAHASA YANG INI 'AKU, KAMU' Bisa 'kan??"
"Emang kenapa?" tanya Gilang dengan penuh pertanyaan.
"Emang kalo kamu tanya ke mamah gini, 'mah kenapa sih aku ada?' juga perlu ditanyakan pada mamahmu?"
"Enggak juga sih, terus?"
Nayla mengambil nafas panjang, lalu ia hembuskan. "Jadi, gapapa Gila, eh Gilang ngomong bahasa indo kasar ke orang lain, tapi kalo lagi ama Nay, aku mohon. Pake bahasa Aku kamu ya. Okey?"