"Nanya apa? Kalo nanya tentang masa depan kita, secepatnya gua jawab."
Nayla terkekeh, giginya terlihat semua dari luar.
Gua seneng liat lu, kembali kayak tadi siang. Batin Gilang.
"Enggak, ihhh. Jadi, Nay mau nanya. Yang pertama ...."
"Wahhh, kayaknya banyak neh pertanyaannya," potong Gilang dengan sedikit candaan.
"Ehehe, enggak juga. Cuma beberapa doang, Gilang mau jawab 'kan? Kalo enggak dijawab, Nay gak jadi ngasih pertanyaannya."
"Kalo penting gua jawab, kalo gak penting penting amat mah, ya ngapain?" jawab Gilang dengan menaikkan alisnya.
"Hmm, pokoknya kalo ada orang yang nanya itu wajib dijawab, paham?" nada Nayla seperti mengajari anak kecil yang baru masuk PAUD.
"Iya ibu. Siap laksanakan." Gilang yang sontak hormat kepada Nayla dan dibalas candaan lepas olehnya.
Cantik, baik, siapa lagi kalo buka kamu, Nay. Batin Gipang bersorak.
"Udahhh, perut Nay sakitttt. Ehehe, udahhh, yang pertamaa ... Gilang mau kemana? Sama siapa? Nanti tinggal dimana? Ngapain ke Malaysia? Emang gak betah di Indonesia? Yang kedua ... Lama enggak di Malaysia? Nanti sekolanya juga pindah? Terus kalo Gilang gak balik lagi gimana?"
Pertanyaan Nayla dipotong oleh Gilang yang sudah menelan ludahnya sendiri. "Udahh, banyak bangettt dah. Itu pertanyaan apa panjang jalan kereta? Ahahaha."
"GILANG! Nay, serius."
"Ya ngapain juga nanyain gitu? Mau ikut?"
"Gilanggggggg," tegas Nayla dengan nada panjang.
"Iya, maaf. Nah, dah sampe di masjid. Nanti cerita lagi, setelah kamu curhat ke Allah, ya. Ok?"
Nayla memainkan bibirnya dari depan ke samping kanan dan kiri serta ke depan. Seakan ia malas dengan keadaan ini.
"Nay? Ayo! Nanti keburu abis waktu asarnya."