Gilang masih membungkam, dan tidak bersuara. Nayla pun sudah berhenti mengejeknya.
"Mau makan dimana?" Gilang menanyakan tanpa melirik ke arah Nayla, ia hanya fokus ke depan.
"Hm, terserah."
"Ok. Mau tanya, kenapa cewek selalu sedih padahal ada keluarga yang harusnya melindunginya."
"Kenapa?" Nayla mempertegas.
"Karena hanya sedikit cewek yang diperlakukan ratu oleh keluarga. Selebihnya, ia selalu disalahkan, dijadikan babu, setiap pekerjaan yang belum selesai, selalu dibilang lelet. Dan, pekerjaan yang sudah selesai namun tidak dihargai. Yang membuat si anak diperbudak, padahal itu sangat menyakitnya. Menjadikan anak malas untuk bercerita kepada keluarga, dan anak pun tidak terbuka pada orang tuanya."
Gilang bertanya. "Ke-napa? Kenapa bisa gitu?"
"Lantas, saat anak merasa tertekan di dalam rumahnya sendiri. Ia pergi keluar untuk mencari kedamaian, salah satunya mungkin pada teman. Nah, anak itu jika berteman dengan orang yang baik, pasti ketertekanan tersebut akan menjadi kesenangan dan membawa kepada hal yang baik, hiks. "Nayla terhenti, karena air mata sudah membasahinya.
"Dan tetapi ketertekanan tersebut akan menjadi buruk jika anak tersebut bergaul anak brandalan yang tidak sekolah, mengaji. Gitu?"
Nayla hanya mengiyakan.
Gilang bertanya kembali. "Lantas apa yang membuatmu masih bertahan sampai saat ini?"