Flashback
From: Garland O. Sagara
[Ra, aku udah di depan kosan kamu. Kamu udah siap belum?]
Nara buru-buru menyisir rambutnya setelah membaca pesan teks dari Garland. Dia menyalahkan dirinya sendiri yang janjian mau CFD (car free day) malah bangun kesiangan.
"Ra, Garland udah di nungguin di luar," ucap Seluna di depan pintu kamar indekos Nara.
"Iya, Lun. Udah kamu suruh nunggu sebentar? Aku masih siap-siap," sahut Nara yang sekali lagi sedang mematutkan penampilannya di depan cermin. Merasa harus tampil cantik di hadapan Garland.
Nara memakai kaos lengan panjang berwarna biru tua. Celana olahraga warna hitam. Rambut dibiarkan tergerai.
"Udah, Ra. Oh ya, kata Garland kamu disuruh pakai topi yang kalian berdua beli."
"Ok. Thank you, Luna. Aku pergi dulu, ya. Jaga kos baik-baik. Jangan sampai jalan sendiri kosnya. Nanti aku bingung nyari alamat pulangnya di mana."
Nara segera keluar kamar lalu menguncinya setelah memakai topi dan memasukkan ponsel ke dalam saku kaos yang dipakainya.
"Garing, Ra. Joke jaman kakek aku itu," seru Seluna sambil mengikuti langkah Nara keluar indekos.
"Biarin garing. Yang penting bisa bikin kamu kesel," jawab Nara sambil memakai sepatu.
"Udah buruan pergi sana. Gerbang kos mau aku kunci," jawab Seluna. Di tangannya sudah membawa kunci dan gembok.
“Eh Lun, mau tanya dulu, soalnya aku lupa. Mila balik kos kapan? Besok atau nanti sore?”
“Nanti sore. Besok kita ada kelas pagi. Mila nggak mungkin bolos kelas. Buruan keluar Nara. Kasihan Garland, dagunya udah sampe tumbuh jenggot nungguin kamu.”
"Iya, iya. Bawel banget astaga. Kamu mau nitip apa, Lun?"
"Nggak nitip apa-apa, Ra. Nanti aku mau eksperimen bikin tahu aci aja. Mumpung hari libur."
Indekos Nara ada tujuh kamar dan sudah ada penghuninya semua. Satu kamar, satu penghuni. Dan, di hari Minggu yang cerah ini, para penghuni indekos ada yang sudah keluar untuk kepentingan masing-masing, ada yang memilih tidur, ada juga yang pulang kampung.
“Aku mau icip-icip please, Lun. Tapi, nanti gorengnya pas aku udah pulang, biar anget-anget,” pinta Nara dengan nada dibuat manja. Wajahnya juga lucu seperti anak kecil yang memohon dibelikan mainan.
“Hadeh! Oke lah. Nggak bisa nolak aku kalau mode anak kecilnya keluar.”
Nara tertawa melihat Seluna melengos. Lalu, sambil berlari kecil, segera menemui Garland yang sudah menunggu di depan gerbang indekos. Seluna mengantar sampai depan gerbang. Senyum di bibir Nara semakin merekah saat bertemu dengan pujaan hatinya.
“Seru banget kalian berdua?” sapa Garland.