Macarons in love

Dewi pratiwi
Chapter #1

Macarons cake shop

Rayya. Gadis manis umur 24 tahun, lulusan tata boga Universitas terkenal di Jakarta. Hidupnya ia dedikasikan untuk cake & pastry. Punya pengalaman banyak di bidang seni kuliner. Tidak hanya kue dan roti namun juga masakan lainnya. Oriental, continental, bahkan nusantara food ia bisa semua.

Menjadi seorang chef adalah cita citanya. Terlahir dari seorang ibu tunggal yang bekerja sebagai penjaja kue keliling, Rayya mengejar cita citanya menjadi seorang pastry chef. Ia senang sekali membuat kue. Di tahun ketiganya kuliah, ia dan teman temannya berinisiatif membuka pastry shop dengan modal seadanya. Namun hasilnya wahh...

Namanya adalah, Macaron Cake Shop. Terinspirasi dari manisnya macaron yang berwarna warni, membuat siapapun yang memakannya menjadi merasa bahagia. Ya, bahagia karena rasa manisnya. Dan cake shop ini di dedikasikan khusus untuk para alumni dan mahasiswa tingkat akhir yang ingin punya pengalaman magang di cake shop. Itulah sebab berdirinya macaroon pastry & bakery atau lebih dikenal macaroon cake shop.

Rayya berjengit kaget ketika dengan tiba-tiba Anna meneriakinya dari dapur dingin dengan membawa spatula karet di tangannya. Rayya baru saja datang. Setelah semalaman ia berkutat dengan beberapa contoh resep yang ia modifikasi sendiri, ada rasa kantuk yang sekarang ia rasakan.

"Rayya, kenapa baru datang?." Anna mengetuk arloji ditangannya sambil berdecak. Rayya hanya bisa menyengir pelan.

"Maaf. Semalam aku.........."

Sebelum Rayya berhasil meneruskan kata katanya, seseorang yang ia kenal berdiri di depan pintu dapur dengan satu bungkusan plastik ditangan. Lalu digoyang-goyangkan di hadapan Rayya. Seorang yang Rayya kenal itu seorang pemuda tampan, tinggi, berwibawa dan murah senyum. Ia berjalan dengan langkah tegap menuju ke arah Rayya. Tak lupa senyum ia sunggingkan di sepanjang bibirnya yang indah.

"Ketinggalan semalam di apartemen aku." Adam menyerahkan bungkusan plastik itu. Rayya ingat, semalam ia sempat mampir ke apartemen adam yang letaknya tak jauh dari cake shop hanya untuk berteduh sebentar karena ia kehujanan. Lalu, berganti pakaian dan kemudian pulang. Ia tak menyangka kalau pagi ini Adam datang membawa pakaiannya yang kemarin ia pakai dalam keadaan sudah dikeringkan.

"Terima kasih......" Pipi Rayya bersemu merah. Ia malu. Apalagi seluruh pandangan teman-temannya saat ini semuanya mengarah padanya. 

"Aaaahhhh....dia sempat main ke apartemen kamu, dam? Wowww...." Anna memicingkan matanya memandang aneh ke arah Rayya. Ia berjalan menghindari Rayya dan kembali berkutat dengan adonan choux pastry di tangannya. 

Adam tahu, kehadirannya membuat dua orang sahabat ini saling melontarkan kecemburuan, Terlebih, sepupu Anna dahulu pernah menjadi kekasih Adam. Dan tak menutup kemungkinan Anna masih menaruh harapan jika Adam kembali lagi pada sepupunya.

Anna masih mendecih dan terdengar umpatan kecil yang ia layangkan untuk Rayya. Adam mendengarnya sekilas. Namun tak ia hiraukan. Pandangannya masih ia tujukan pada gadis manis piatu yang kini berdiri di hadapannya.

Dengan tangan kanan terulur keatas kepala Rayya, Adam kembali menyunggingkan senyumannya. "Nanti aku jemput."

Hati gadis mana yang tak akan berdebar? Ketika ada seorang pemuda baik dan tampan yang mendekati dan sering membantu dalam keadaan sulit sekalipun. 

Adam. Seorang pria blasteran eropa- Indonesia yang menetap dan tinggal di Jakarta. Punya sebuah bengkel vespa di sebuah gang kecil daerah Jakarta Selatan. Selain itu, ia pun bekerja sebagai jurnalis di salah satu media asing yang berbasis di Jakarta. Tampangnya yang sedikit kebule-an membuatnya banyak diminati oleh semua orang. 

Rayya mengenalnya saat Adam datang sebagai jurnalis yang akan meliput pemilihan rektor dan dekan di kampusnya yang dilakukan secara aklamasi untuk pertama kali. Adam melihat Rayya yang berteriak paling lantang saat itu mewakili jurusannya. Karena, saat itu Rayya menjabat sebagai salah satu pengurus BEM jurusan di wilayah fakultas teknik universitas terkenal itu.

Rayya dengan senyum manisnya membuat Adam terpikat. Ia berkenalan lalu saling bertukar nomer ponsel dan sering berhubungan hingga saat ini. Kira-kira itu terjadi empat tahun yang lalu. Saat Rayya belum lulus kuliah. Dan jangan lupakan satu fakta, Adam adalah seniornya saat kuliah. Lulus dua tahun sebelum Rayya.

Lihat selengkapnya