Macarons in love

Dewi pratiwi
Chapter #2

Cake Maple

Minggu pagi yang indah. Senyum Rayya mengembang dan cerah, secerah mentari yang menyinari sebagian isi Macaroon Cake Shop. Hari ini seperti biasa, Rayya eksekusi beberapa pesanan cake. Sebagian cake tersebut adalah hasil modifikasinya beberapa bulan yang lalu.

"Minggu ini banyak pesanan kue, ya?Ahh...andai saja aku sudah lulus, pasti aku bisa full bantu kakak seharian." seorang karyawan magang mengeluh karena tak bisa membantu setiap hari. Tugas akhirnya banyak sekali karena ia masih berstatus seorang mahasiswi tingkat akhir di kampus yang sama dengan Rayya. 

"Tak masalah. Kamu kan masih kuliah, kakak maklum." Rayya terlihat sedang menghitung berapa gram tepung yang harus ia gunakan untuk membuat resep cake hasil modifikasinya

"Kakak mau buat apa?" tanya adik kelas Rayya, Nana namanya.

"Mau buat cake baru. Kakak terinspirasi dari warna daun musim gugur. Daun maple yang kakak lihat di drama korea,"ujar Rayya sambil tersenyum.

"Goblin?" Rayya mengangguk.

Rayya dengan cepat menyelesaikan satu cake hasil eksekusinya. Autumn maple cake. Dengan base wedding cake dengan isian sirup maple dan sirup jagung. Ditambah dengan karamel. Aroma musim gugur yang siap memanjakan lidah para penikmatnya.

Rayya segera memajang cake tersebut di showcase cake shop.Menaruhnya di rak paling atas dengan tulisan cake of the day. Hasil eksekusi yang indah.

Menjelang siang hari, bergantian Rayya yang berjaga di depan showcase. Bertugas sebagai pengganti kasir yang memang pekerjaannya hanya empat jam saja. Sembari menunggu pelanggan, Rayya mencatat beberapa hasil penjualan cake selama empat jam yang lalu.

Sedang seriusnya mencatat, seseorang berdiri di hadapan Rayya. Merasa terganggu, Rayya menengadahkan kepalanya. Ia menatap seseorang dihadapannya. 

"Adam? Tidak meliput?" Adam menggeleng. Lalu berjalan membungkuk di depan Rayya. Membuka buku menu, lalu tersenyum berbalik arah memandang berbagai aneka cake cantik buatan Rayya.

Rayya mendekati Adam. Bersiap dengan kertas catatan di tangannya beserta bolpoinnya. Adam tampak berpura-pura bingung memesan cake. Supaya Rayya berdiri di hadapannya terus.

"Aku pesan......"

"Cake maple saja. Menu cake terbaru. Pasti kamu suka," ujar Rayya memutus omongan Adam yang tadi terjeda. Adam hanya mengangguk pelan. Dan Rayya pun segera menyiapkan satu potong cake dan juga minuman, ice chocolate kesukaan Adam.

Adam duduk di meja terdekat dengan kasir. Supaya puas memandangi Rayya.

Adam pun melambaikan tangannya kearah Rayya. "Sini cepat."

"Silahkan dicoba." Rayya menyerahkan piring cake dan segelas ice chocolate untuk Adam. Sekali teguk, Adam merasakan kenikmatan sensasi rasa coklat yang pahit namun menggoda. Racikan tangan Rayya memang luar biasa. Pantas, cake dan minuman buatannya selalu banyak dipesan oleh pelanggan.

Rayya mengerjap ngerjapkan matanya kearah Adam. Penuh harap Adam mengucapkan sesuatu tentang cake yang sedang dilahapnya. "Bagaimana?"

Adam mengacungkan dua jempolnya. "The best."

"Yes," pekik Rayya kegirangan.

"Nanti pulang bareng sama aku,"teriak Adam. Rayya mengangguk, meninggalkan meja Adam. Selepas Rayya kembali ke meja kasir, Adam membuka laptop dan mengerjakan beberapa tulisan yang belum diselesaikannya hari ini.

Lihat selengkapnya