“Bagaimana rasanya jatuh cinta?”
Seketika Maria tergemap mendengar ucapan Shirin saat mereka menuju Biara Kanopos. Usai menyerahkan jubah beberapa saat lalu, seperti biasanya, Megaukes memerintahkan Maria untuk mengantarkan beberapa bahan makanan. Mereka pergi ke biara dengan kereta yang dikendalikan oleh Shinouti. Sengaja, Shinouti yang dipilih mengiringi mereka untuk berjaga serta mengawasi keduanya dari bahaya selama di perjalanan. Lelaki itu paling bisa dipercaya dan Megaukes yakin pengawalnya itu mampu menjaga Maria, pelayan terbaik istana.
Megaukes sebenarnya bukan nama diri, melainkan sebuah gelar atau jabatan. Megaukes adalah jabatan penting di Mesir. Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa mendapatkan jabatan itu. Kali ini, jabatan itu dipegang oleh Georgios Putra Menas1, seorang yang terpilih sebagai uskup Agung Aleksandria setelah Mesir direbut kembali oleh Kaisar Ieraklas dari Kekaisaran Sassanid Persia. Dia adalah uskup dari patriark Ortodoks Yunani di Aleksandria. Sejak tahun 621M, dia menjabat sebagai uskup menggantikan uskup sebelumnya, Ioannes ho Eleemon, seorang uskup dari patriark Ortodoks Yunani yang menjabat dari tahun 610 M sampai dengan 621M.
Gelar Megaukes2 tersebut sejajar dengan gelar megaloprepestatos, eudozotatos dan eukleestatos yang semakna dengan “Paduka Yang Mulia”. Lisan orang-orang Arab lebih nyaman menyebut Megaukes dengan sebutan Muqawqis. Seperti pengalaman Shinouti ketika bertemu dengan para pedagang Arab yang singgah di Aleksandria. Lidah para pedagang itu melafazkannya dengan sebutan Muqawqis. Sebagaimana mereka juga lebih mudah melafazkan nama Juraij untuk Georgios Putra Menas, sang Megaukes. Sementara, orang-orang Mesir lebih mudah melafazkan nama Gerges.
“Apa kau terlalu banyak minum erp3?” ledek Maria sambil menengokkan wajahnya pada adiknya yang duduk di sebelah kirinya. “Bahkan matahari belum meninggi, tapi kau sudah melantur seperti orang mabuk.”
“Aku serius, Maria.”
“Entahlah. Aku sendiri belum pernah merasakannya.”
Kedua kakak beradik itu terus melanjutkan perjalanannya dengan berecōout4, kereta kuda yang rangkanya terbuat dari kayu akasia, termasuk rodanya yang berdiameter besar. Sementara, badan kereta terbuat dari kayu cedar yang didatangkan dari Fenisia5 berbentuk persegi dengan dihiasi ukiran dan logam khas budaya Bizantium serta tradisi lokal Mesir. Atapnya dibuat sedikit melengkung. Kereta yang mereka tumpangi kali ini mampu menampung dua orang.
Di depan, Shinouti memacu kuda-kudanya penuh semangat. Maria dan Shirin duduk di belakang, di tempat duduk terbuat dari kayu sikamor beralaskan bulu angsa dilapisi beludru hitam. Kaca jendela kereta di sebelah kanan dan kiri untuk memudahkan penumpangnya melihat keadaan di luar ditutupi dengan kain sutra berwarna coklat muda. Maria dan Shirin masih terus melanjutkan perbincangan mereka tentang cinta. Sementara itu, lidah Shinouti tak lepas merapal ayat-ayat pertolongan dalam kitab Tehillim6 dalam bahasa Ibrani sebagaimana diajarkan Abba Isaak. Melalui ayat-ayat itu, ia berharap Tuhan selalu menyertai dan melindungi perjalanan mereka ke Biara Kanopos hingga kembali lagi ke Istana.
TUHAN adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? TUHAN adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?
Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh.
Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya.
“Bagaimana dengan dia?” tanya Shirin sambil mengarahkan pandangannya ke arah Shinouti yang sedang fokus mengendalikan dua kuda.
“Maksudmu?”
“Kau tidak tertarik dengannya?”
Maria melihat Shirin sambil menautkan kedua alis hingga hampir terpaut. Seketika itu pula Maria menutup mulut dengan tangan kanannya. Ia menahan tawa. Maria tak habis pikir, bagaimana bisa Shirin mempunyai pikiran seperti itu.
“Dia pengawal terbaik istana. Tampan. Saleh pula,” tambah Shirin, “Kamu cantik. Banyak yang menyukaimu. Tentu mudah bagimu mendapatkan jodoh.”