“Bukankah bulan Koiak masih lama?”
Abba Isaak heran dengan permintaan Megaukes melalui lisan Maria usai menceritakan kisah Behira siang itu. Maria tersenyum melihat raut wajah kebingungan Abba Isaak. Padahal, Megaukes sudah biasa meminta Abba Isaak datang ke istana. Namun, entah mengapa kali ini Abba Isaak seperti merasa asing dengan permintaan Megaukes itu.
“Thout, Paopi, Athor, Koiak.” Maria menyebutkan nama-nama bulan dalam kalender Koptik itu sambil menghitung dengan jari kanannya.
Maria menggenggam tangan kanannya. Lantas, ketika menyebut “Thout” dia membuka ibu jarinya. Berikutnya, dia membuka telunjuk ketika menyebut “Paopi”, bulan yang kedua. Sambil menyebut “Athor”, Maria membuka jari tengahnya. Terakhir, dia membuka jari manis seraya menyebut “Koiak”, bulan di mana orang-orang Koptik merayakan kelahiran Iesous Pkhristos, Pimétron ente te-nnou-ti1. Orang-orang Kristen di negeri Arab menyebutnya dengan Idul-milad, hari raya untuk memperingati lahirnya Mesias yang jatuh pada tanggal 29 bulan Koiak menurut perhitungan kalender Koptik. Hari di mana mereka dengan suka cita saling memberikan selamat dengan ucapan Pikhristos avmasf! 2 atau Khen Omethmi Avmacf!.3
“Iya masih sekitar tiga bulan lagi,” lanjut Maria. “Megaukes mengundang Abba bukan untuk membahas Shai Mepejinmesi, tapi sepertinya ada hal lain yang ingin Megaukes bicarakan dengan Abba.”
“Abba pikir ingin membahas itu. Biasanya Megaukes mengingikan sesuatu yang istimewa saat perayaan kelahiran Sang Mesias.”
“Entahlah. Megaukes hanya mengatakan seperti itu.”
“Insyaallah, Abba akan meluangkan waktu ke istana.”