“Kau tahu Shirin?”
Shirin yang tengah mengintip hamparan padang pasir dari jendela segera memalingkan wajah. Ditatapnya Maria. Sang kakak memegang lembut punggung tangan Shirin.
“Tahu apa, Maria?”
Kemudian, Maria melanjutkan kembali ceritanya tentang Hagar yang begitu istimewa. Shirin menyimaknya dengan penuh perhatian dengan mata berbinar.
“Hagar bukan hanya sekadar pelayan bagi Sarra1," ucap Maria dengan suara lembut, tetapi tegas, seolah setiap kata yang keluar dari bibirnya memiliki bobot tak terhingga. "Meskipun banyak orang memandang rendah dirinya, mengira dia hanyalah seorang pelayan pemberian dari Firaun. Mereka tidak tahu bagaimana latar belakang sejarahnya, bagaimana takdir membawanya menjadi pelayan bagi keluarga Abraham."
Suara Maria bergetar, membawa Shirin dan ruangan itu ke dalam dunia masa lalu yang penuh misteri dan keajaiban.
"Hagar mendapat tempat yang begitu istimewa di antara perempuan yang pernah ada di dunia. Dia adalah satu di antara perempuan-perempuan hebat yang namanya diabadikan dalam kitab suci. Kitab suci tidak hanya menyebutkan namanya, tetapi juga mengulang-ulang serta mengabadikan perjalanan hidupnya. Perjalanan hidup yang menjadi teladan bagi manusia dari masa ke masa."
Shirin merasakan keagungan cerita itu mengalir dalam dirinya.
"Betapa unggulnya perjalanan hidup Hagar," lanjut Maria, suaranya kini terdengar lebih dalam, seakan menggali dari lubuk hati yang paling dalam. "Bahkan di antara mereka yang menjadi Nabiah2, Hagar tetap berdiri dengan kemuliaannya sendiri. Tidak ada yang bisa memandangnya sebelah mata. Setiap langkah hidupnya adalah bukti betapa kuat dan tangguhnya seorang perempuan.
Cerita Maria tentang Hagar seolah menghidupkan kembali sosok wanita luar biasa itu, membentangkan kisahnya di depan mata mereka, mengajarkan bahwa di balik setiap nama, ada kekuatan dan keagungan yang tak terhingga.
“Hagar salah satu di antara nabiah?” tanya Shirin penasaran pada Maria.
“Kitab suci memang tidak menyebutkan Hagar sebagai seorang nabiah. Tradisi pun tidak,” ucap Maria menatap sang adik penuh kasih sayang.
Shirin mengerutkan kening.
Maria melanjutkan lagi ucapannya. “Namun, meski tak satu pun teks dalam kitab suci menyebutkannya sebagai seorang nabiah, Hagar memiliki kualitas melebihi para nabiah dalam kitab suci.”
“Seorang Hagar memiliki kualitas melebihi para nabiah?” tanya Shirin dengan raut wajah tak percaya.
Maria menatap Shirin dengan senyum penuh kehangatan, matanya berbinar dalam sinar matahari yang masuk melalui celah tirai kereta.
"Kau pernah membaca kisah Hagar dalam kitab Bereishit, kan?" tanyanya dengan suara lembut, hampir seperti bisikan yang dibawa angin.