Syahdan, kisah tentang Sang Mesias memasuki kota Yerusalem itu sering diulang-ulang terlebih ketika menjelang Paskah. Meski demikian, setiap mendengarnya, kisah itu selalu saja membuat bulu kuduk Maria bergidik. Seperti ada kekuatan magis yang merasuki perasaan. Penderitaan serta kesabaran Sang Mesias begitu menyentuh relung hati. Jika sudah begitu, air bening pun keluar dari kedua matanya yang syahda.
Kedatangannnya dari timur Yerusalem serta mukjizat-mukjizat yang mendahuluinya dicatat dengan rapi oleh para penulis Injil, Mattaios, Markos, Loukas, Iohannes.1 Sang Mesias memasuki kota itu dengan cara yang unik. Dia datang dengan menunggang seekor keledai muda yang belum pernah mengangkat beban.
Abba Isaak pernah mengatakan pada Maria perihal hewan yang ditunggangi Sang Mesias. Bukan tanpa makna jika Iesous Pkhristos menunggangi seekor keledai. Sebab keledai dalam tradisi timur merupakan binatang yang melambangkan kedamaian. Berbeda dengan kuda yang merupakan lambang binatang peperangan. Sebab dari itu Sang Mesias tidak datang dengan menunggang kuda. Karena, kuda merupakan simbol seorang raja atau panglima perang ketika memasuki kota yang berhasil direbutnya
***
“Sang Mesias dan sang Raja Arabia?” tanya Maria memastikan.
Abba Isaak mengangguk.
“Jika para rabi Yahudi mengetahui tentang sosok yang dinubuatkan dalam kitab Nabi Yeshayahu, lalu mengapa mereka tidak mengimani Tuan kita Iesous Pkhristos?”
“Maria ….” Abba Isaak menjeda ucapan sejenak. “Jika mereka percaya bahwa Tuan kita Iesous Pkhristos itu adalah Sang Mesias, tentu mereka tidak akan melakukan makar untuk menyalibnya. Tentu mereka telah memiliki iman yang sama seperti kita.”
“Dan hingga detik ini, mereka masih menunggu Sang Mesias itu datang?”
Abba Isaak mengangguk mengiyakan.
Maria begitu antusias mendengar kisah Abba Isaak tentang sang Penunggang Unta setelah sempat terjeda tempo hari. Abba Isaak melanjutkan lagi penjelasannya tentang nubuatan Nabi Yeshayahu itu. Tidak hanya membicarakan Sang Mesias sebagai sosok penunggang keledai, tetapi nubuatan itu juga membicarakan sosok lain. sang Penunggang Unta. sosok yang dijuluki sebagai Mesuga.
“Kedua sosok itu disambut sangat meriah oleh penduduk kota yang dimasukinya,” lanjut Abba Isaak, “Sang Mesias memasuki kota Yerusalem dengan mengendarai keledai tepat menjelang Paskah. Sementara sosok yang dijuluki Mesuga, memasuki kota Cahaya dengan mengendarai unta.”
“Kota Cahaya? Apakah maksud Abba kota itu adalah Yerusalem?”
Abba Isaak menggeleng pelan. Lalu, beliau melanjutkan lagi ucapannya.
“Dengan mengendarai unta, dia memasuki kota Cahaya, tepat ketika orang-orang Yahudi merayakan Yom Kippur, sebuah hari yang dianggap suci dalam tradisi Yahudi. Hari suci itu jatuh setiap tanggal 10 bulan Tishri dalam kalender Yahudi.”
Maria mengangguk pelan.
“Nubuatan Nabi Yeshayahu itu sudah terjadi. Mesuga sudah tiba di kota Cahaya. Dia telah datang,” ucap Abba Isaak dengan mata menatap jauh ke depan.
***
Yom Pesach dan Yom Kippur bukan sekadar dua hari istimewa. Dua hari itu pun terkait dengan kemunculan dua sosok istimewa yang begitu dinantikan kehadirannya. Sang Penunggang Keledai dan sang Penunggang Unta. Menjelang hari Paskah, Iesous Pkhristos masuk ke kota Yerusalem dengan mengendarai seekor keledai. Tepat pada perayaan Yom Kippur, sang Nabi Arabia masuk ke kota Medinta dengan mengendarai seekor unta.
“Mesuga …,” ucap Maria lirih sesaat setelah Abba Isaak menyebutkan kata itu.
Maria tahu, bahwa Mesuga hanyalah julukan bagi sosok penunggang unta. Julukan itu disematkan oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Tempo hari, Abba Isaak belum sempat memberitahu Maria tentang siapa nama sebenarnya dari sosok Mesuga.
“Kau tahu arti Mesuga?” tanya Abba Isaak ketika mendengar Maria melirihkan kata itu.
“Apa, Abba?” tanya Maria penasaran.
“Gila.”
Seketika Maria melengung mendengar penjelasan Abba Isaak tentang arti nama itu. Sebuah kata yang berasal dari bahasa Ibrani dan memiliki arti “gila”.
“Pantas saja lelaki Yahudi yang mengalami ganguan jiwa dan sering berkeliaran di sekitar biara dipanggil dengan sebutan Mesuga,” batin Maria.