Makalani sudah bersiap. Pena untuk menulis baru saja ia celupkan ke wadah kayu di sebelahnya yang berisi tinta. Dia akan menuliskan setiap ucapan Georgios Putra Menas Sang Megaukes di atas selembar perkamen. Sebelum semua itu, Megaukes menyampaikan sebuah permohonan maaf nan tulus untuk sang Nabi Arabia melalui Hathib. Megaukes meminta maaf sebab menolak seruan untuk menerima Islam sebagaimana ajakan sang Nabi Arabia melalui surat yang dibawa oleh Hathib.
“Kami akan mengirimkan beberapa pengawal. Mungkin tidak sampai ke negeri tuan. Namun, setidaknya pengawal akan mengantar kalian sampai ke tempat yang aman.”
“Sungguh, semua yang engkau berikan sudah lebih dari cukup wahai Megaukes.”
“Jangan sungkan. Kau sudah kami anggap sebagai sudara, Tuan Hathib.”
“Sekali lagi, terima kasih, Tuan. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa membalas semua kebaikanmu.”
“Saya hendak mengirimkan surat kepada nabi Anda. Apakah sahabatmu itu bisa membaca dalam bahasa Koptik?” tanya Georgios Putra Menas Sang Megaukes dengan bahasa Arab yang tidak terlalu fasih.
Hathib menggeleng. “Nabi kami adalah orang ummi. Beliau tidak menulis, tidak membaca, dan tidak pula menghitung,” ucap Hathib lalu membacakan firman Allah di hadapan Georgios Putra Menas Sang Megaukes.
huwallażī ba'aṡa fil-ummiyyīna rasụlam min-hum yatlụ 'alaihim āyātihī wa yuzakkīhim wa yu'allimuhumul-kitāba wal-hikmata wa ing kānụ ming qablu lafī ḍalālim mubīn.
Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.
“Baiklah.”
“Setahuku ada sahabat kami yang bisa berbahasa asing. Zaid bin Tsabit, namanya. Sayang, sahabat kami ini hanya bisa bahasa Ibrani dan Suryani. Dia belum menguasai bahasa Koptik.”
“Makalani …,” ucap Georgios Putra Menas Sang Megaukes memandang ke juru tulis istananya itu.
Dari tatapan matanya, Makalani paham apa yang harus dilakukannya. Georgios Putra Menas Sang Megaukes tidak fasih dalam berbahasa Arab. Dia tahu apa yang harus diperbuatnya sebagaiman kebiasaan yang sudah-sudah. Ketika Georgios Putra Menas Sang Megaukes mendapatkan surat dari negeri seberang dan dia kurang fasih dengan bahasanya maka dia akan mengucapkan balasan surat itu dalam bahasa Koptik. Lalu, Makalani akan menerjemahkan dan menuliskannya ke dalam bahasa sang penerima surat.
Sekali lagi Makalani mencelupkan ujung penanya yang mulai mengering ke wadah tinta. Georgios Putra Menas Sang Megaukes menarik napas pelan lalu mengembuskannya. Kemudan dia mengucapkan kata-kata sebagai balasan surat yang dibawa oleh Hathib. Makalani segera menangkap setiap kata-kata yang Georgios Putra Menas Sang Megaukes ucapkan dalam bahasa koptik. Lalu, dia menerjemahkan serta menuliskannya ke dalam bahasa Arab.
***
Georgios Putra Menas Sang Megaukes segera memejamkan matanya sesaat ia mengakhiri ucapannya. Dada Megaukes bergemuruh. Napas penguasa Mesir itu memburu. Gerahamnya digigit erat mamagari lidahnya yang kelu. Makalani menaruh pena di dekat wadah tinta. Dia telah selesai menuliskan semua yang diucapkan Georgios Putra Menas Sang Megaukes di atas perkamen. Sekali lagi dia membacanya dengan seksama. Memastikan bahwa yang dituliskannya sudah sesuai sebagaimana diucapkan Georgios Putra Menas Sang Megaukes.