Kisah tentang Abraham yang selamat dari kobaran api Nimrod tidak masuk akal? Tidak bisa dinalar? Mata manusia awam memang melihatnya sebagai suatu hal yang mustahil, menentang kodrat alam. Tidak mungkin manusia tetap hidup setelah dimasukkan ke dalam tungku api yang menyala-nyala. Api akan memakan daging dan tulang-tulangnya hingga hancur dan menjadi abu.
Namun, kuasa Tuhan di atas segalanya. Jika Tuhan sudah berkehendak, maka tak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Selain-Nya adalah makhluk ciptan yang sudah semestinya taat. Pun api salah satunya. Tuhan menitahkan api menjadi dingin ketika Abraham dilempar ke dalam tungku. Api pun tunduk patuh. Tanpa ragu, api menentang kodratnya yang panas. Ia menjadi dingin hingga tak sehelai rambut pun milik Abraham yang putus. Begitu pula dengan kulitnya, tidak ada yang terkelupas. Bahkan, pakaian Abraham tidak hangus sedikit pun.
. “Sadrakh, Mesakh, dan Abednego …,” ucap Abba Isaak sambil melihat kedua gadis koptik itu di hadapannya.
Shirin dan Maria terpegun melihat Abba Isaak. Mata mereka membulat dengan mulut hampir terbuka ketika Abba Isaak menyebutkan nama-nama yang masih asing di telinga mereka.
“Kalian pernah mendengar kisah mereka?” lanjut Abba Isaak.
Shirin dan Maria kompak menggeleng. Lalu, Abba Isaak menceritakan sekilas tentang kisah para pemuda dari suku Yehuda itu kepada mereka. Shirin mengubah posisi duduknya. Ia bersimpuh pada kedua tumit dan bertumpu pada bokong kirinya dengan kedua paha saling dirapatkan. Kedua tangannya diletakkan di atas lutut kanan sebagaimana cara duduk Maria.
“Mereka adalah pemuda keturunan bangsawan Israel di Yehuda untuk dibawa ke istana Babel sebagai tawanan.”
Shirin dan Maria menyimak seraya mengangguk pelan ketika Abba memberitahu mereka siapa ketiga pemuda tadi yang sebelumnya terdengar asing di telinga mereka. Lalu, Abba Isaak memulai kisahnya.