Mendengar pertanyaan Maria, Shirin pun menatap kembali wajah sang kakak. Maria meragukan kebenaran kisah Abraham. Bukan tanpa alasan Maria mengajukan pertanyaa seperti itu. Sebab, Maria teringat pengajaran Abba Isaak tempo hari ketika menceritakan keturunan Nuh.
“Nimrod itu anak Kush, anak Ham dan anak Nuh.” Maria menyebutkan nama-nama keturunan Nuh hingga Nimrod sambil menghitung dengan jari-jari tangan kanannya. “Benar, kan, Abba?” tanya Maria untuk memastikan.
Abba Isaak mengangguk pelan.
“Abraham?” ucap Shirin penasaran.
Lalu, Maria menyebutkan jumlah keturunan keturunan Nuh hingga Abraham.
“Abraham adalah anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Selah … hmmm ….” Maria menjeda ucapannya. Dia berusaha mengingat-ingat. Matanya melihat ke arah langit-langit biara. Shirin tampak tak sabar untuk segera mendapatkan jawabannya.
“Abraham adalah anak Terah, anak Nahor, anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Selah, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh,” ucap Abba Isaak menyebutkan silsilah Abraham sambil menghitung semua jumlah keturunan Nuh hingga Abraham dengan jari-jari tangan kanan dan kirinya.
“O iya, aku lupa,” ucap Maria seraya mengangguk. Lantas, dia mengulang kembali pertanyaan yang sudah diajukan sebelumnya. “Bagaimana mungkin Nimrod generasi ketiga dari Nuh dapat hidup sezaman dengan Abraham yang merupakan generasi kesepuluh dari Nuh?”
Abba Isaak memegangi janggut putihnya yang menjuntai panjang hingga dada. Sementara Shirin hanya menjadi pendengar yang baik saat Maria mengajukan keberatannya itu. Abba Isaak menarik napas pelan sebelum kemudian membuka suara.
“Benar memang Nimod lahir lebih dahulu dari Abraham. Nimrod generasi ketiga sementara Abraham generasi kesepuluh dari Nuh.”
Maria dan Shirin menyimak penjelasan Abba Isaak.
“Bukankah kitab suci menyebutkan bahwa Selah, keturunan ketiga Nuh dari garis Sem pun hidup sezaman dengan Abraham? Kitab suci menyebutkan usia Selah lebih panjang dari Abraham. Selah mencapai usia hingga 433 tahun.”
“Jika kita ingin membandingkan Selah dengan Nimrod yang merupakan generasi ketiga dari Nuh, maka pertemuan Nimrod dan Abraham itu tidaklah mustahil. Tidak mustahil jika Nimrod dan Abraham pun pernah hidup sezaman. Bahkan saat Nuh wafat di usianya yang ke-950 tahun, usia Abraham saat itu 60 tahun. Artinya menurut kitab suci, Abraham pernah hidup sezaman dengan Nuh. Jika Nuh sebagai generasi awal saja dapat hidup sezaman dengan Abraham yang hidup di generasi sepuluh, maka tidak mustahil jika Nimrod dari generasi ketiga Nuh pun hidup sezaman dengan Abraham. Bukan berarti lintas generasi tersebut tidak bisa saling bertemu, kan?”
***
“Kalian masih ingat cerita Mouses melawan para tukang sihir Firaun?”
Abba Isaak menanyakan tentang kisah dalam Sefer Shemot1 itu kepada dua gadis cantik di hadapannya. Maria mengangguk dengan pasti. Sementara, Shirin mengganguk pelan agak ragu. Melihat dua ekspresi wajah yang berbeda dari kedua gadis Koptik salih itu, Abba Isaak membacakan penggalan kisahnya, ayat kesebelas pasal ketujuh Sefer Shemot.
“Kemudian Firaun pun memanggil orang-orang berilmu dan ahli-ahli sihir; dan mereka pun, ahli-ahli Mesir itu, membuat yang demikian juga dengan ilmu mantera mereka.”
Maria dan Shirin menyimak kutipan ayat yang dibacakan Abba Isaak.
“Ah … ya … aku ingat,” ucap Shirin sambil tersenyum karena ingatannya tentang kisah itu telah kembali. “Konon, para tukang sihir Firaun berasal dari kampong-kampung kami. Abba tahu tidak?”