Madani Negeri Para Penyair

AgiRu
Chapter #2

Perbincangan Malam #2

Sore itu Mahmud meminta izin kepada kakek untuk menginap di rumah Zain. 

“kamu akan menginap?” tanya kakek. 

“Ya kek, aku sudah janji dengan Zain, untuk membicarakan tentang akademi seni yang menjadi jenjang selanjutnya, dan besoknya, mau berkunjung ke tempat pamannya Zain.” Mahmud menjelaskan permintaan izinnya. 

“baiklah, tapi jaga dirimu disana ya, walaupun Zain itu sahabatmu, tapi jangan merepotkannya” Jawab kakek. 

“ya kek, terima kasih” ucap Mahmud dengan senyum. 

Mahmud pun pamit kepada kakek dan Ariza yang ada disitu, dan mengucapkan salam, seraya pergi meninggalkan mereka.

... 

Setibanya di rumah Zain, Mahmud membunyikan bell, yang ada di disamping pintu masuk sebelah kanan, tak lama berselang Zain pun membukakan pintu dengan tersenyum karena melihat sahabatnya datang, Mahmud mengucapkan salam dan dipersilahkan masuk.

Rumah Zain cukup besar, dengan banyak ruangan, saat itu mereka menuju suatu ruangan santai, terlihat ada satu set sofa, dan rak buku setinggi dua meter, di sudut ruangan terlihat hiasan tanaman sintetis, dan satu bagian dinding dari kaca, bisa disebut jendela kaca yang menggantikan satu bagian dinding. 

Kedatangan Mahmud ialah menindaklanjuti tawaran Zain untuk membahas seputar akademi seni, karena Mahmud menceritakan keinginannya untuk masuk akademi seni kelas syair, walau bisa dikatakan untuk bisa diterima di kelas tersebut, tidaklah mudah, karena ujian masuk yang sangat berbeda dari pada umumnya. 

Zain sendiri lebih memilih jalan menjadi praktisi kesehatan, bukan tanpa sebab, dia pernah dalam suatu keadaan kritis karena suatu penyakit, namun karena seorang dokter yang tidak hanya profesional dibidangnya, tetapi juga memotivasi dirinya saat itu, mengajarkan arti kehidupan dan kebahagian, untuk tidak menyerah, sehingga dia bisa melewati masa kritisnya. Sejak saat itu dia ingin menjadi seseorang yang bisa membahagiakan orang lain dengan membantu orang yang kesehatannya bermasalah. 

... 

Setelah sebelumnya mengobol santai mengenai hal-hal ringan, kini perbincangan mereka dilanjutkan saat keduanya selesai melaksanakannya shalat Isya waktu itu, setibanya mereka kembali dari mesjid. Mahmud dan Zain kembali keruangan santai, tampak seorang asisten rumah tangga berjalan membawakan minuman dan beberapa makanan ringan yang sudah dipesan Zain sebelumnya. Minuman dan makanan ringan itu disajikan dimeja,

"Terima kasih" ucap Mahmud

"Silahkan dinikmati" ucap asisten rumah tangga itu dengan tersenyum, dan dia pun kembali meninggalkan ruangan itu.

“Sebenarnya, aku sempat terkejut, saat kamu mengatakan ingin masuk kelas syair, dan bertekad mendapat Syairulhusna.” Zain memulai obrolan. 

“Kamu sama sekali tak menyangka ya?” tanya Mahmud.

“Selain itu, aku pikir ujian masuknya aja yang tidak wajar, aah.. , maksudku tidak biasa seperti pada umumnya, apalagi Syairulhusna pastinya akan lebih tak bisa dimengerti.” lanjut Zain. 

“aku tau, tapi aku memang menyukai dunia syair,” Jawab Mahmud. 

“Ya aku tau kamu memang suka menulis syair” Kata Zain sambil membuka satu buku yang berisi beberapa syair yang ditulis oleh Mahmud

“Ada yang menarik?,” tanya Mahmud. 

“Oh ya apa syair dengan judul Fath ini bercerita tentang ayahmu?” tanya Zain, yang saat itu menunjukan satu buah syair kepada Mahmud.

...

Aku tak ingat, tapi namamu di namaku selalu melekat

Kucoba mengingat tapi kekosongan yang ku dapat, 

Lihat selengkapnya