Madcake: Tragedians

Razze Pahlevi
Chapter #2

The Powers

Ketika mereka berdua hendak berjalan pulang, mereka dihadang oleh seorang laki-laki misterius. Orang itu memiliki ciri-ciri berambut hijau pendek, wajahnya tertutup oleh sebuah tragedy mask (topeng dengan ekspresi wajah yang terlihat sedih dan biasanya menjadi simbol untuk teater bersama comedy mask) berwarna hitam, berkulit putih dan tinggi badan sekitar 170 cm. Dia mengenakan baju zirah berwarna hijau muda dan membawa sebuah pedang besar dengan bilah yang bergerigi yang juga berwarna hijau muda.

“Siapa kamu?” Tanya Dita.

“Kamu tidak perlu tahu siapa aku! Jadi kalian termasuk orang yang terpilih ya?” Tanya laki-laki misterius tersebut.

“Orang ini! Cosplayer?” Tanya David.

“Sepertinya kalian belum menyadari potensi kekuatan kalian. Hari ini aku beruntung sekali!” Kata laki-laki misterius tersebut.

Tiba-tiba laki-laki misterius itu langsung menyerang mereka berdua. David mencoba untuk melawannya dengan beberapa gerakan beladiri, namun serangannya tidak berpengaruh apapun padanya. Laki-laki misterius itu pun langsung menebaskan pedangnya pada David. David mencoba menghindar, akan tetapi dia tetap terkena tebasan di bahunya. David pun terluka parah dan meringis kesakitan.

“David!” Teriak Dita histeris.

“Tamatlah riwayatmu!” Laki-laki misterius itu pun berniat menghabisi David.

Namun belum sempat dia menebaskan pedangnya, tiba-tiba muncul sebuah tombak berwarna cokelat muda yang melesat ke arah laki-laki misterius tersebut. Laki-laki misterius itu pun melompat mundur beberapa meter untuk menghindari tombak tersebut. Kemudian tombak tersebut melesat kembali ke tangan pemiliknya. Dia adalah seorang remaja laki-laki yang berumur 17 tahun, seumuran dengan David dan Dita. Dia memiliki ciri-ciri berambut cokelat muda pendek lurus dengan poni yang disisir ke kanan, iris mata berwarna cokelat, berkulit putih cerah dan tinggi badan sekitar 190 cm dengan postur ideal. Dia mengenakan sebuah baju zirah berwarna cokelat muda.

“Levi?” Dita pun langsung mengenali remaja laki-laki tersebut.

“Kalian tidak apa-apa?” Tanya Levi.

“Ya, kami tidak apa-apa! Terima kasih kamu sudah menolong kami!” Kata David.

“Apa kalian telah mengunjungi sebuah tempat bernama Café Du Secret?” Tanya Levi.

“Ya, kami memang baru saja mengunjungi tempat itu!” Jawab David.

“Ternyata memang benar! Semuanya jelas sekarang.” Kata Levi.

“Tunggu dulu! Ada apa dengan café itu?” Tanya David.

“Nanti saja kujelaskan! Aku harus membereskan orang itu terlebih dahulu.” Kata Levy.

Levi pun kembali bertarung dengan laki-laki misterius tersebut. Mereka berdua saling beradu serangan dan menghindar. Keduanya bertarung dengan kecepatan tinggi sehingga membuat David dan Dita yang melihatnya pun takjub.

“Cepat sekali!” Kata David.

“Main-mainnya cukup sampai di sini!” Laki-laki misterius itu pun mengeluarkan teknik andalannya. Dari pedangnya keluar cahaya berwarna hijau muda.

Lihat selengkapnya