MAGIC 13 KESATRIA

Meliana
Chapter #3

Bidadari Iblis Bebas Dari Segel Permata Untuk Selamanya

“Sepertinya kita tersesat di hutan ini!” Baja berucap dengan tenang tapi waspada. Wajahnya cukup serius mendapati situasi ini. Iblis samudra juga tampak waspada.

“Sebaiknya kita beristirahat dulu!” kataku pada Baja dan iblis samudra. Karena kami sudah lama berjalan dari pagi hingga siang ini. Entah mengapa hatiku gelisah dalam diam. Perhatianku terus tertuju pada bidadari iblis di depan mataku. Ia tetap tampak tenang, manis, dan tidak terlalu mempedulikan situasi kami tersesat saat ini. Ia masih terlihat manis dan riang disamping Baja. Gadis kecil yang manja dan sangat lengket padanya.

“Jangan khawatir! Aku akan periksa keadaan hutan Cahaya Ungu malam ini! Pasti ada sesuatu yang membuat kita tersesat!” bidadari iblis berkata dengan manis dan yakin sekali ia bisa membantu Baja. Dan kemudian Baja memang setuju untuk beristirahat dan menghentikan perjalanan. Ia melepas lelah dan meminum air yang dibawanya.

“Berikan aku airnya juga!” bidadari mengambil tempat minum yang diminum Baja sambil tersenyum. Dan meminumnya juga lalu kembali tersenyum manis padanya. Semakin lama sikapnya semakin manis saja pada Baja. Ada apa dengannya? Aku kembali mencurigainya. Dan mataku terus tertuju pada tingkah bidadari iblis itu pada Baja. Setelah minum beberapa teguk, ia segera mengembalikan tempat minum milik Baja dengan wajah yang penuh dengan rasa terima kasih, dan Baja membalas senyuman manis bidadari iblis padanya. Mereka terlihat bertambah akrab saja. Bisa saja sebentar lagi mereka menjadi sepasang kekasih. Pikirku terus menerka-nerka.

“Badai... dari tadi kau terlihat diam saja... dan sekarang kau melamun?” tegur iblis samudra sehingga perhatian Baja segera tertuju dengan tatapan bertanya-tanya itu.

“Aku memikirkan jalan keluar dari sini!” jawabku masih terus tampak memikirkan situasi yang kami hadapi ini.

“Kalian tidak perlu cemas! Selama masih ada aku, hutan ini bukan masalah besar!” kata bidadari iblis terdengar menganggap situasi ini tidak serius dan tidak perlu khawatir karena ia begitu percaya diri bisa mengatasinya. Ia memang sombong. Tapi Baja hanya memakluminya dan mengisyaratkan padaku untuk tidak mendebat ucapan gadis itu. Bagiku dia tetap lah gadis kecil. Terutama disaat kekuatannya sedang sirna seperti saat ini.

“Tentu saja! Kau tentu bisa mengatasinya begitu malam tiba!” Baja berkata begitu untuk membuatnya senang.

“Tentu saja!” kata bidadari iblis pula dan ia tersenyum dengan sombong padaku. Saat itu terlihat olehku, betapa cantiknya dia saat tersenyum. Apalagi dengan wujud manusia sebagai gadis kecil yang mempesona. Dalam wujud gadis remaja yang dipenuhi kecantikan yang luar biasa dan teramat jelita. Sekali lagi aku mencuri pandang padanya. Gadis kecil yang sombong, tetapi sangat manis itulah dirinya dalam tatapanku sepanjang waktu.

Sepanjang waktu aku melihat ia terlihat bahagia dan tidak lagi emosional. Kelihatannya ia tidak terbebani lagi walau pun kenyataannya ia tetap harus menjadi manusia lagi di siang hari. Sementara perjalanan keluar hutan memang tidak akan diteruskan lagi. Ketika langit mendadak mendung hingga udara di hutan menjadi sejuk, Baja, iblis samudra dan bidadari iblis tertidur. Gadis kecil itu tidur dengan nyaman di bahu Baja. Sedang kan aku sama sekali tidak mengantuk dan memikirkan tentang hutan misterius ini serta bidadari iblis dengan keyakinannya ia mampu membantu kami keluar dari sini. Lalu kemudian menatap pada Baja yang terbangun dan menatap padaku.

“Sepertinya akan turun hujan!” aku berkata untuk mendung yang Baja temukan dalam tatapannya ke langit saat itu.

“Kau benar! Kita harus mencari tempat berteduh!” benar saja. Baru saja kami selesai berucap. Gerimis turun dan angin yang tidak terlalu kencang membangunkan iblis samudra, tapi tidak bidadari iblis. Ia tetap tidur dengan nyamannya karena berselimut tebal. Tidak ada yang membangunkannya karena kemudian Baja dan aku membuat tempat berlindung sederhana dari hujan gerimis. Baja membuat atap dari ribuan permatanya yang mengambang di udara dan aku memberi sedikit sumbangan magic badaiku agar permata-permata itu terbang mengambang dengan awan badaiku. Ketika hujan lebat tiba, kami terasa berada di kubah permata yang berselimut awan badai milikku. Iblis samudra takjub hingga tertawa karena kagum. Menjadi manusia penuh dengan tantangan. Komentarnya. Kami bertiga tersenyum dan tertawa bersama. Sedang gadis kecil yang tidur dibahu Baja masih terlelap dengan nyenyaknya. Menjadi manusiawi sekali. Tapi saat malam nanti, ia akan berubah dan tampak kehilangan kemanusiawian itu. Menjadi berbahaya dan ancaman lagi bagiku. Bagaimana jika ia membuat perhitungan denganku dan bertarung denganku? Aku tahu ia pasti bisa mengalahkanku dengan cukup mudah. Tapi aku tidak tertarik pada perkelahian dan mati konyol di tangannya. Aku malah berharap dia akan menjadi manusia selamanya. Namun saat malam tiba dan ia terbangun dengan kekuatan magic iblisnya yang dahsyat ikut terbangun. Ia terbang sangat cepat di kegelapan malam dan hujan lebat.

“Aku pergi memeriksa hutan ini!” katanya pada Baja, iblis samudra, dan juga padaku sebelum ia pergi melakukannya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk mengikutinya. Karena Baja mengiyakanku saat aku bilang aku akan mengawasi bidadari iblis yang telah menjelma gadis kecil kesayangan kami. 

Tidak sulit mengimbangi kecepatan terbang gadis kecil itu dengan kekuatan dari magic badaiku. Bidadari iblis menoleh dengan wajah tenangnya. Ia berkeliling dan tidak menemukan keanehan apapun yang membuat perjalanan siang hari kami tersesat. Dia pun menatap sekelilingnya dengan sangat penasaran meski tengah duduk dengan begitu santai di sebuah pohon tertinggi di kegelapan malam dan derasnya hujan.

“Sepertinya jika keluar hutan di malam hari kita tidak akan tersesat!” serunya memberitahuku. Aku mengangguk karena kami punya pemikiran yang sama. Meninggalkan hutan malam ini juga. Jadi, kami bergegas kembali untuk menjemput Baja. Hingga iblis samudra pun sependapat dan ia juga mengajak Baja meninggalkan hutan malam ini juga. Baja sendiri pun setuju dan sama sekali tidak keberatan untuk pergi. Bidadari iblis dengan semangat sekali membawa Baja terbang bersamanya menuju mulut hutan. Kami terbang bersama dengan kecepatan yang lebih dari cukup untuk perjalanan singkat menuju mulut hutan. Tapi sampai di mulut hutan, udara dan hawa yang aneh membuat kami jatuh terpental. Pintu hutan Cahaya Ungu terkunci dan mengurung kami. Kami terkaget-kaget. Mulut hutan Cahaya Ungu seperti dikunci oleh kekuatan yang misterius. Membuat bidadari iblis tidak sabaran dan mencoba membuka kekuatan yang menutupi mulut hutan Cahaya Ungu dengan magic penyerap jiwa level tertingginya.

Ledakan dahsyat terjadi. Kami bertiga terpental lagi. Kekuatan yang mengunci hutan Cahaya Ungu tidak bisa tersentuh sedikit pun. Tidak akan mudah keluar dari hutan ini. Kami berempat pun lalu sepakat mengerahkan seluruh kekuatan kami untuk membuka paksa kekuatan yang menutup mulut hutan. Lalu secara bersamaan kami menghantam Cahaya Ungu yang menutup kuat mulut hutan. Baja dengan magic permata seribu permata baja level tertingginya. Iblis samudra dengan magic samudra luapan lautan raksasa level tertingginya, dan aku dengan magic badai amukan murka badai level tertinggi pula, serentak kami menghantam Cahaya Ungu itu dan berusaha keras menghancurkannya. Seketika ledakan dahsyat memercikkan api membara membakar dan menghempaskan deras tubuh kami hingga terpental jauh dari mulut hutan. Sulit di percaya. Cahaya Ungu itu kuat sekali. Tidak bisa dihancurkan. Tapi hal itu tidak membuat bidadari iblis menyerah. 

“Aku akan mencoba menyerap kekuatan Cahaya Ungu itu!” katanya pada Baja sebelum terbang menuju Cahaya Ungu itu lagi. Dan ia benar-benar melakukannya. Ia menggunakan magic penyerap jiwanya untuk menyerap kekuatan Cahaya Ungu itu sampai habis. Dan tampaknya ia berhasil. Perlahan-lahan sekali Cahaya Ungu itu redup. Tapi untuk diserap hingga tidak tersisa, bidadari iblis membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Sayangnya saat fajar tiba, magic penyerap jiwa malah kehilangan kekuatannya. Tubuh bidadari iblis tidak hanya terpental oleh Cahaya Ungu yang masih tersisa tapi menghilang entah kemana? Kami bertiga sangat terkejut. Tapi Cahaya Ungu yang dahsyat itu pun melakukan hal yang sama pada kami. Melemparkan tubuh kami dengan deras dan kami menghilang masuk kembali ke dalam hutan.

Kami berempat terpisah. Masuk kembali jauh ke dalam hutan. Ini aneh sekali! Tapi bidadari iblis hampir berhasil tadi kalau saja magic penyerap jiwanya tidak padam, Cahaya Ungu itu pasti sudah berhasil diserapnya. Aku harus menemukan mereka semua.

Empat penjuru hutan Cahaya Ungu. Kami berada di empat penjuru hutan Cahaya Ungu itu. Terbang menggunakan magic badai putaran badai, dengan cepat aku menemukan Baja disalah satu penjuru hutan dan dia baik-baik saja. Yang kami khawatirkan sekarang adalah bidadari iblis. Dia sudah tidak punya kekuatan apa-apa lagi pagi ini. Mungkin saja dia dalam bahaya. Namun dalam waktu cepat, aku juga menemukan iblis samudra di penjuru hutan yang lain. Akan tetapi bidadari iblis belum juga kami temukan meski pun kami dengan cepat tiba di penjuru hutan yang keempat. Dia seperti hilang ditelan bumi. Hal itu tidak hanya membuatku cemas. Baja pun mulai gelisah dan berjalan mondar-mandir di penjuru keempat hutan, yang seharusnya gadis kecil itu berada disini. Apa dia dalam bahaya? Aku menyusuri seluruh penjuru keempat hutan Cahaya Ungu, tapi tetap saja tidak bisa menemukan gadis kecil itu. Sementara Baja dan iblis samudra juga melakukan hal yang sama denganku, dengan berpencar.

Magic penyerap jiwaku padam begitu pagi tiba. Padahal aku hampir berhasil menyerap habis Cahaya Ungu itu. Aku pun terlempar masuk ke dalam sebuah gua besar yang sangat gelap. Aku jatuh pingsan karena memiliki raga manusia lagi. Dan ketika aku membuka mataku, aku malah mendapati mimpi buruk yang nyata terjadi padaku. Aku melihat ular raksasa. Monster berwarna ungu itu telah mengelilingi tubuhku. Ia bersiap membelitku yang sedang dalam wujud manusia. Aku ketakutan dan berusaha tetap tenang agar ular besar itu tidak langsung menyerangku. Tapi ia terus mengelilingiku. Mengurungku dalam lingkaran tubuhnya yang akan membelit dan menghancurkan.

Keringat deras mengucur padaku. Detik-detik yang mencekam, aku berada pada ketakutan yang hebat. Belum pernah aku merasa sedemikian takut dengan tubuh gemetaran. Aku sangat berharap Baja, iblis badai, dan iblis samudra menyelamatkanku. Waktuku sudah tidak banyak lagi. Monster ular itu sebentar lagi akan membelitku. Hatiku menjerit minta tolong pada mereka. Aku benar-benar sangat ketakutan dan hampir menangis. Aku tidak mau mati dibelit monster ular raksasa. Satu gerakan pasti. Monster ular itu telah menangkap tubuhku dengan belitannya. Aku segera merasakan tubuh ular besar itu dengan kuat akan bergerak untuk meremukkan tubuhku, akan membelitku. Lalu... kudengar suara ledakan dari serangan iblis badai. Ia menggunakan putaran badai api level terendahnya demi menghantam keras dan menghancurkan kepala sang ular. Sementara Baja dengan magic permatanya menahan belitan ular itu serta menarik tubuhku keluar dari belitan ular tanpa kepala itu. Mereka datang tepat disaat monster ular itu hampir membunuhku.

Dia sudah terbebas dari monster ular. Tapi ia masih sangat ketakutan dan menangis. Aku heran karena aku sebelumnya tidak pernah melihat bidadari iblis ketakutan seperti itu. Apalagi disaat magic penyerap jiwanya aktif. Ia jauh berbeda disaat magic penyerap jiwanya padam. Untuk berdiri saja, ia dibantu Baja, dan tubuhnya masih gemetar ketakutan. 

“Ular ungu itu... berasal dari cahaya ungu itu!” beritahunya pada kami dengan wajah yang masih dipenuhi ketakutan.

“Kau baik-baik saja-saja?” Baja bertanya khawatir. Tapi ia mengangguk dan mulai lebih tenang sekarang setelah bersama kami lagi. Segera saja Baja memapahnya berjalan keluar gua. Lagi pula tubuh ular ungu yang hancur itu telah hilang tak berbekas.

Beristirahat dan memulihkan energi masing-masing kami menunggu malam tiba agar bidadari iblis bisa menyerap Cahaya Ungu itu untuk membuka mulut hutan. Tapi begitu kami tiba di mulut hutan, Cahaya Ungu itu telah menghilang. Kami tentu akan bisa keluar dari mulut hutan. Kami berempat tersenyum senang karena akhirnya akan keluar dari hutan Cahaya Ungu. Tapi tinggal selangkah lagi. Kami benar-benar keluar dari hutan Cahaya Ungu. Dan langkah kami terhenti seketika, ketika ular raksasa ungu yang luar biasa besar menghalangi kami. Kejutan besar rupanya telah diberikan hutan itu pada kami. Kehadiran ular raksasa itu menghalau kami berempat masuk hutan lagi dan terbang menghindar dari ular ungu raksasa itu. Karena ular ungu raksasa itu berusaha keras untuk menelan kami. Begitu pukulan lautan menelan sempurna dari magic samudranya iblis samudra diberikan sang ular ungu raksasa. Makhluk itu tidak bergeming sedikit pun dan makin mengamuk mengejar kami. Lalu aku pun menyerang kepala ular ungu raksasa itu sambil terbang dengan magic badai penghancur sempurna level tertinggi. Ular ungu raksasa itu pun mengatasinya dengan sesuatu yang tidak pernah terduga olehku. Makhluk itu menelan bulat-bulat serangan-serangan penghancur sempurna dari magic badaiku, magic kami berdua seperti tidak ada gunanya menyerangnya. Tiba giliran bidadari iblis, ia menghajar bertubi-tubi tubuh ular itu dengan api pembakar roh dari magic penyerap jiwanya. Ia berusaha untuk membakarnya. Sehingga cahaya api merah menyala menerangi kegelapan malam hutan Cahaya Ungu dengan cahaya merah benderang. Lagi-lagi ular ungu raksasa itu malah menelah semua api pembakar roh dari bidadari iblis. Membuatnya terbang melompat ke dalam mulut ular ungu raksasa agar ditelan. Rupanya ia akan menyerang ular ungu raksasa itu dari dalam tubuh makhluk itu menggunakan api penghancur roh dari magic penyerap jiwanya. Baja, iblis samudra, dan aku tidak tinggal diam. Kami menyerang serentak tubuh ular itu. Kali ini aku menggunakan inti penghancur sempurna dari magi badai pada seluruh kekuatanku untuk mengalihkan perhatian sang ular ungu raksasa agar bidadari iblis bisa menghancurkannya dari dalam. Begitu juga dengan Baja. Ia menggunakan puluhan permata bajanya menyerang kearah mata sang ular ungu raksasa itu. Sedangkan iblis samudra menggunakan Lautan menelan sempurna dari magic samudranya dengan kekuatan terdahsyatnya untuk menenggelamkan sang ular ungu raksasa ke dalam ilusi lautan yang menelan kuat tubuhnya. Benar saja. Sang ular ungu raksasa kewalahan dan mulai terdesak. Tiba-tiba saja tubuh ular ungu yang tengah terdesak dan kewalahan itu meledak. Karena dibakar dari dalam. Cahaya api merah membara kembali benderang membakar tubuh ular ungu raksasa yang masih berada di udara. Bidadari iblis telah terbang keluar dari tubuh ular ungu raksasa itu. Ia puas sekali berhasil membunuh ular ungu raksasa itu. Kami semua tersenyum bangga padanya.

Pagi yang indah terbit di depan tatapanku yang dipenuhi harapan. Aku Baja akan melanjutkan perjalanan yang akan menjadi begitu panjang. Berlayar di samudra yang teramat luas dengan perahu kecil. Aku dan teman-temanku akan pergi ke dunia iblis. Hal yang jauh lebih sulit akan kutempuh. Tapi tidak mungkin sendirian. Melainkan dengan bantuan iblis badai, iblis samudra, terutama bidadari iblis ia memegang peranan yang paling penting untuk mewujudkan kembalinya magic pelindung kesatria penjaga. Dia menjadi ujung tombak perjuanganku. Dan aku sangat membutuhkannya dalam seluruh perjalananku ini. Tanpa dia, aku tidak akan bisa apa-apa. Itu di karena kan ia adalah satu-satunya iblis yang mempunyai magic penyerap jiwa yang konon tidak terkalahkan oleh magic iblis mana pun, dan konon pula raja iblis pun tidak bisa mengalahkan magic bidadari iblis. Karena itu tanpa bantuan bidadari iblis aku tidak akan bisa apa-apa.

“Apa tugasku sudah selesai Baja?” tiba-tiba bidadari iblis sengaja bertanya padaku. Ia tidak suka melihatku diam sepanjang waktu di sepanjang perjalanan mengarungi samudra.

“Tugasmu seperti tidak pernah selesai... karena kau lah satu-satunya iblis yang bisa membantuku mendapatkan kembali magic pelindung kesatria penjaga! Tugasmu sangat berat!” aku menjelaskan panjang lebar, menjawab pertanyaan darinya itu.

“Apa? Tugasku belum selesai?... dan kenapa harus aku?” tanyanya ingin tahu dan merasa heran dengan semua yang aku katakan padanya.

“Karena hanya kau yang memiliki magic penyerap jiwa yang tidak terkalahkan!” jawabku menyebut tentang magic penyerap jiwa yang dimilikinya.

“Sejauh ini aku sudah sangat membantumu... dan jika aku harus, serta terus membantumu dengan tugas berat yang kau berikan padaku... apa imbalan yang akan kau berikan padaku?” tanyanya lagi. Pertanyaannya serius tapi terdengar seperti pertanyaan dari bocah yang sedang penasaran sekali.

“Mungkin kau tidak pernah menginginkannya... tapi kau akan mendapatkan kebahagiaan sejatimu!” jawabku tenang dan hal itu adalah kenyataan yang mungkin tidak di pahaminya saat ini.

“Apa itu kebahagiaan sejati?” tentu saja seperti dugaanku, ia kembali mempertanyakannya.

“Hati yang damai juga dunia yang damai!” jawabku. Lalu bidadari iblis yang berparas wanita tercantik di dunia itu terlihat kebingungan dan sibuk memikirkannya. Ia tidak protes. Malah tersenyum manis padaku.

Lihat selengkapnya