Shika menyeret tubuh Takeru Ito, yang terikat tali sihir, ke dalam gudang bawah tanah. Takeru terbangun di bawah cahaya bohlam tunggal yang berayun. Ia terikat erat pada kursi logam dengan tali sihir Shika.
Dia tidak lagi meraung amarah, melainkan menahan ketakutan. Keringat dinginnya membasahi jaketnya.
Shika berdiri di depannya, membuka 'hoodie' dari jubah gaun 'gothic' 'Vengeance Alice'-nya. Dia ingin Takeru melihat mata Shika yang dingin.
"Kau... Shika?" Takeru menatapnya dengan pandangan tidak percaya. "Kau gila. Apa yang kau lakukan?"
"Aku tidak gila, Takeru," Shika berbisik, suaranya rata. "Aku adalah konsekuensi dari kebodohanmu."
Takeru mulai meronta dengan liar. Tali sihir itu melukai kulit pergelangan tangannya, menyebabkan 'goresan merah tebal' di kulitnya, tetapi tali itu tak bergeming.
"Dosa pertama: 'Kekerasan Fisik dan Rasa Sakit Tanpa Tujuan'."
Shika menempelkan telapak tangannya ke dada Takeru. 'Stigma of Sin' menyala merah gelap.
Takeru tersentak hebat. Dia merasakan 'rasa sakit dari dalam', rasa sakit setiap orang yang pernah ia pukul, dikalikan sepuluh.
Otot-otot Takeru menegang seperti terkena setruman bertegangan tinggi. Dia merintih saat 'bibirnya digigit sampai berdarah' karena kejang yang tidak disengaja.
Rasa sakit karma itu begitu hebat, Takeru berteriak, dan 'darah mengalir dari hidungnya'—sama seperti Ayah Shika—karena tekanan mental yang memuncak.
'Shika merasakan sensasi yang sama.' Otot-ototnya berdenyut, persendiannya terasa seperti diremukkan. Dia jatuh berlutut, terengah-engah, merasakan 'sensasi patah tulang' di tubuhnya.
“Jangan lemah, Alice! Dia layak mendapatkan lebih! Ingat Lucy!” desak Caim.
Shika memaksakan dirinya berdiri, air mata mengalir dari rasa sakit. Dia menarik tangannya, meninggalkan 'jejak luka bakar samar berbentuk telapak tangan' di dada Takeru.
Takeru terengah-engah, tubuhnya gemetar, 'wajahnya kini penuh darah dari hidung dan bibir.'
"Kau... kau adalah iblis," Takeru terbatuk, darahnya menyebar di lantai.
"Aku adalah keadilanmu, Takeru. Masih ada dua dosa lagi," jawab Shika, suaranya nyaris tidak ada.
Shika mengambil napas dalam. Kehampaan itu semakin dekat, tetapi visual darah Takeru memberinya kepuasan yang brutal.
"Dosa kedua, yang paling pribadi. 'Dosa pembunuhan Lucy anjing kesayangan-ku'."
Shika mengambil sepotong kecil bulu anjing yang ia simpan dari Lucy, dan menempelkannya ke wajah Takeru.