Pagi hari di apartemen kecil terasa sunyi. Keheningan yang dingin setelah hilangnya Takeru.
Di mata publik, Takeru hilang. Di mata Dewan Lima, itu adalah peringatan yang mematikan.
Shika, yang kembali mengenakan seragam, duduk di meja makan, menatap Renji yang sedang sibuk menyiapkan sarapan.
Renji terlihat lelah. Kantung matanya tebal, dan rambut hitamnya yang agak panjang sebahu terlihat berantakan.
"Kau begadang lagi, Renji?" tanya Shika, suaranya mengandung sedikit kepedulian yang terasa asing baginya.
Renji tersenyum kaku. "Sedikit. 'Pekerjaan gudang' sangat menuntut akhir-akhir ini."
Shika tahu itu bohong. Bukan gudang yang menuntut, melainkan pengejaran anomali sihir.
Shika bisa melihat borgol plastik hitam tersembunyi di tasnya—bukan untuk menyambung kabel teknik, melainkan untuk menangkap.
Namun, kecurigaan tanpa bukti itu harus disimpan. Saat ini, Renji adalah satu-satunya jangkarnya pada dunia "normal".
Shika tiba-tiba berdiri. Ia berjalan ke belakang kursi Renji, mengambil ikat rambut dari pergelangannya.
"Rambutmu mengganggu, Renji. Kau akan terlihat seperti 'zombie' di kampus," ujar Shika.
Renji terdiam, terkejut. Sudah lama sekali Shika tidak menunjukkan tindakan non-verbal yang begitu lembut.
Perlahan, Shika mulai mengikat rambut sebahu Renji. Tangannya dingin, tetapi gerakannya hati-hati.
Ini adalah momen yang langka, singkat, 'kehangatan wholesome' antara "kakak" dan "adik" yang tidak pernah mereka miliki.
"Selesai," kata Shika, mundur. Renji menyentuh ikatan rambut itu, tersenyum tulus.
"Terima kasih, Shika. Kau tahu, kau pandai merawat orang. Kau harus lebih sering tersenyum," kata Renji, kata-kata yang menusuk hati Shika yang hampa.
Shika hanya berbalik. "Aku tersenyum di dalam. Itu sudah cukup."
Shika langsung berangkat. Kelembutan yang baru saja ia tunjukkan harus segera dihilangkan dengan konsentrasi pada kebencian.
Target berikutnya: 'Akane Sato'. Penyebar fitnah, pencemar kehormatan, dan pelaku 'cyber-bullying' seksual.
Akane adalah dosa yang berbeda; Shika akan menyerang dengan kehancuran 'reputasi dan rasa malu', sesuai dengan kejahatan Akane.