Magical Revenge Shika-魔法レヴェンゲ志香: magical girl whose aim is not to save but to take revenge (series 1) novel edison

Pikri YAnor
Chapter #12

Pertarungan Bayangan dan Kebenaran yang Terungkap

Setelah menemukan kalung Renji, Shika kembali ke apartemen, jiwanya terkoyak. Ia tahu 'Renji adalah Mad Hunter', dan ia telah membunuh empat orang di depan sepupunya.

Shika tidak tidur. Ia menghabiskan malam memikirkan Renji, perban di tangannya, dan tatapan sedihnya saat memburu "Alice."

“Dia berbohong padaku. Dia memburuku,” Shika berbisik. Rasa sakit emosional ini jauh lebih tajam daripada rasa sakit karma.

Caim, yang kini menikmati kekacauan Shika, mendesak. “Emosi yang manis! Gunakan rasa sakit itu, Alice! Minami sedang menunggu!”

Shika tahu Minami adalah satu-satunya yang tersisa di Dewan Lima. Dan Minami sudah siap.

Shika memutuskan ia akan menemui Minami di tempat yang Minami inginkan: 'Ruang Tertutup Observatorium Akatsuki Academy', tempat pertemuan Dewan Lima.

Senin malam, Shika mengenakan jubah dan gaun gothic 'Vengeance Alice' yang berlumuran kenangan. 'Liontin safir' Renji tergantung di tangannya.

Shika tiba di Observatorium. Udara dingin dan murni, tetapi diselimuti 'energi sihir yang tebal dan mencekik'—energi Minami.

Minami sudah menunggu. Dia duduk di meja Dewan Lima, tampak anggun, dengan 'Ouro' si Burung Hantu Salju di bahunya.

"Aku tahu kau akan datang, Shika Arisu," Minami tersenyum dingin. "Selamat, kau menyelesaikan daftar pengecutmu."

Shika berdiri diam. "Kau membimbingku, Minami. Kau yang mengaturnya. 'Kau ingin kami saling menghancurkan.'"

Minami tertawa pelan. "Aku hanya menyediakan kanvas. Aku memberimu izin untuk berburu. Sekarang, 'giliran Alice yang asli' untuk mengambil energinya."

Minami berdiri. Jubah Vengeance Alice-nya berbeda—'putih gading, bersih, dan elegan'. Minami terlihat seperti 'Malaikat Keadilan' yang dingin.

"Kau adalah Vengeance Alice yang gagal, Shika. Kau membunuh dengan dendam kotor. Aku membunuh dengan 'Prinsip Murni'," ujar Minami, auranya meningkat drastis.

Shika mengangkat Sabit Karmanya. 'Stigma of Sin' di tangannya menyala merah gelap. "Mari kita lihat siapa yang lebih murni, pembakar rumah."

Minami mengulurkan tangannya. Bukan Sabit yang muncul, melainkan 'pedang katana yang berkilauan' yang terbuat dari energi murni.

"Dosa Terakhir: Kesombongan." Minami menuduh Shika, lalu menyerang dengan kecepatan yang mematikan.

Pertarungan dimulai. 'Sabit Shika' beradu dengan 'Katana Minami'. Suara logam energi yang beradu memecah kesunyian malam.

Shika cepat, brutal, dan didorong oleh kehampaan. Minami gesit, elegan, dan didorong oleh 'kontrol total'.

Minami menangkis serangan Shika dengan mudah. 'Secara fisik dan mental, mereka seimbang, tetapi Minami memiliki kontrol emosi yang lebih baik.'

Lihat selengkapnya