Surabaya, Indonesia
Pesawat Boeing, mendarat di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo. Roda-roda pesawat mengantam tanah dengan mulus. Meski terjadi guncangan kecil di dalamnya. Misaki duduk di dekat jendela sendirian. Ini kedua kalinya dia kembali ke kampung halaman. Rambut pendek, bola mata berwarna biru. Mengenakan seragam Magical Academy. Terdiri dari jas, kemeja dan rok pendek. Sebenarnya masih ada rompi dan pita. Namun, Misaki malas untuk mengenakan. Toh ini bukan perjalanan resmi.
Pesawat mulai terparkir di dekat bangunan bandara. Dipandu oleh beberapa orang di bawah. Garbarata, mulai bergerak, menempel pada pintu pesawat yang terletak di depan. Misaki bangkit, mengambil tas ransel yang ada di bagasi atas. Dia mengantri bersama penumpang lainnya. Wajahnya tersenyum, seolah tidak sabar bertemu dengan seseorang. Misaki mengambil ponsel yang ada di saku jas, membuka Line. Kontak nama paling atas adalah Aiko. Dia hendak membuka pesan itu. Namun, urung, Misaki ingin memberi kejutan pada Aiko.
Pesan terakhir, Aiko masih sering curhat tentang dirinya yang masih belum terbiasa semenjak Fani meninggal dalam tragedi Desa Hulur. Melihat pesannya itu, ternyata masih meninggalkan luka yang mendalam bagi Aiko. Misaki mulai mengetikkan pesan.
Misaki : Hai....
Aiko : Hai, tumben jam segini sudah mengirim pesan.
Misaki : Tidak apa-apa, hanya ingin mengirim pesan saja.
Aiko : Bohong! Pasti ada sesuatu yang disembunyikan?
Misaki : Tidak ada, aku serius.
Aiko : Ngomong-ngomong kamu libur?
Misaki : Entahlah, sekolah masih belum libur.
Misaki sebenarnya berbohong. Dia ingin memberinya kejutan. Sembari melangkah, dia terus memandang ponselnya.
Aiko : Aku kangen ☹
Misaki : Sabar, aku juga 😊