Magical Starz

Misaka Takashi
Chapter #6

Bingkisan di Malam Hari

Sayaka memersilakan Mai, memasuki ruang keluarga. Mai meletakkan bingkisan di atas meja. Sudah lama, Mai tidak dating ke rumah Sayaka, masih tetap sama dan sederhana. Mengenai hubungan Mai dan Sayaka, dulu sebelum Mai pergi ke luar negeri, Mai merupakan senior Sayaka dan Minami, mereka berada di klub yang sama, Klub Kendo.

Mai satu-satunya senior yang baik mengajarkan mereka, bahkan setiap kali pulang mereka selalu mampir sejenak.

“Jadi, bagaimana sekolah penyihir di sana?” tanya Minami antusias.

“Ya begitulah, semua berjalan dengan baik, walau sebenarnya ada sedikit masalah tahun lalu,” jawab Mai.

“Tahun lalu, itu berarti....”

Mai mengangguk. “Ngomong-ngomong, tumben sekali sekarang kamu banyak bicara, Sayaka.”

Wajah Sayaka langsung memerah seperti kepiting rebus. Dengan cepat dia mengalihkan pandangan.

“Iya, sekarang waktu yang tepat untuk liburan, bukan?” tanya Mai.

“Tentu saja, liburan terbaik akhir tahun.”

“Ngomong-ngomong kalian ada acara saat liburan?”

Minami menatap Sayaka. Sebenarnya bukan acara melainkan Sayaka juga harus menjalani pekerjaannya sebagai anggota dari TSS. Sangat berat menjalani dua kehidupan yang berbeda. Bahkan pada hari biasa pun, Sayaka lebih sering pulang malam. Bahkan jam sekolah juga demikian.

Sebenarnya hal ini masih dirahasiakan oleh Minami dan Sayaka. Hanya beberapa orang saja yang tahu. Bahkan Mai juga belum mengetahuinya.

***

Surabaya, Indonesia

Hari kian malam, jalanan Kota Surabaya masih padat. Misaki, Aiko, dan Hikaru duduk di bangku bus paling belakang. Beberapa orang masih berada di dalam bus. Hanya beberapa saja. Sekarang sudah waktunya untuk jam pulang. Sebagian orang mungkin masih lembur.

Sejak tadi, Misaki, Aiko, dan juga Hikaru lebih banyak tertawa. Hanya saja, Hikaru lebih sering diam. Meski sudah berulang kali diajak oleh Aiko berbicara.

Tidak lama, bus pun berhenti di halte dekat dengan komplek perumahan. Mereka bertiga turun dari bus. Malam yang lengang tanpa kebisingan ketika melangkah. Satu-dua kendaraan lewat di komplek tersebut. Aiko menatap bintang di langit. Cukup cerah, tidak awan sama sekali. Bintang-bintang itu begitu indah. Jarang sekali di kota bisa melihat bintang yang indah.

Wajah berseri Aiko, terlihat dari bola mata Hikaru. Senyuman itu jarang ditunjukan oleh Aiko. Meski begitu, Hikaru masih tetap saja tidak bisa membantunya. Kejadian itu benar-benar mengubah segalanya.

Misaki menepuk pundak Hikaru.

Lihat selengkapnya