Magical Starz

Misaka Takashi
Chapter #7

Sang Pemanah

Malam cerah ditaburi oleh bintang gemintang yang berkerlap-kelip. Jalanan dipenuhi oleh kendaraan dengan klakson mereka yang saling bersahut-sahutan tiada hentinya.

Di atap gedung yang lengang, dua orang gadis melompat dari satu gedung ke gedung yang lainnya. Berlari. Gadis satunya membawa sebuah busur dan anak panah yang cukup banyak di punggung. Satunya lagi tidak membawa apa pun, namun dia memiliki kekuatan ESP.

Gadis yang membawa busur itu bernama Kirana. Memiliki rambut abu-abu yang panjang serta bola mata berwarna hijau. Dia berlarian, mengenakan seragam sekolah yang ditutupi oleh jaketnya berwarna putih. Setiap hari, dia selalu menyelinap keluar. Menjalankan tugasnya mengawasi kota.

Gadis satunya lagi, Metha, dengan kemampuan cryokinesis—kekuatan es. Dia merupakan sahabat Kirana. Memiliki rambut pendek berwarna hitam pendek tak menyentuh bahu. Kali ini dia tengah menemani Kirana berpatroli sendirian. Ini kali pertama Kirana mengajak Metha mengawasi kota dari balik bayang-bayang. Apa lagi mereka melakukannya setelah pulang dari sekolah.

Kirana menghentikan langkah, berhenti di tepi sebuah bangunan. Lalu duduk di sana. Metha juga melakukan hal serupa di sampingnya.

“Jadi, setiap hari seperti ini?” Metha memulai percakapan.

“Kurasa tidak, hanya hari ini.”

“Kalau kamu mau aku menemanimu setiap hari juga tidak masalah.” Metha tersenyum sembari memandang di bawah sana. Lampu-lampu kendaraan yang bergerak sangat indah. “Ternyata Kota Surabaya di malam hari sangat indah ya?”

“Sangat indah, tapi kadang tidak juga jika ada penjahat yang berkeliaran. Aku harap malam ini tidak ada kejahatan.”

Metha sedikit menoleh memandang Kirana yang tengah melihat sekitar. Tiba-tiba dia teringat sesuatu.

“Na, kenapa kamu tidak bergabung dengan A.T.E?” Metha memencah keheningan di atap bangunan.

Angin berderu dengan kencang, mengibaskan rambut mereka.

“Entahlah, aku tidak berminat sama sekali bergabung dengan organisasi itu, pasti banyak aturan yang ketat. Aku tidak suka dengan hal semacam itu.”

Metha mengangguk. Masuk akal juga. Namun, bagaimana cara menjamin semua baik-baik saja? Kirana tidak terlalu peduli soal itu. Selama tidak membunuh penjahat, hanya menangkapnya itu sudah lebih dari cukup.

“Kadang di sisi lain kita bisa dianggap penjahat bekerja di balik bayang-bayang.” Metha duduk di tepi bangunan, mengayun-ayunkan kaki. “Tapi jika itu keputusanmu, mau bagaimana lagi?” Metha mengedikkan bahu

Kirana terlalu lama bekerja di balik bayang-bayang menyelematkan banyak orang, membantu banyak orang. Bahkan kekacauan dunia paralel beberapa bulan yang lalu, juga tidak ada yang mengetahuinya. Tidak ada terima kasih, bahkan tidak ada juga sorotan media.

“Kadang seperti ini sudah cukup.” Kirana mengambil pocky yang ada di saku, membuka bungkus pocky lalu menyondorkan pada Metha.

Metha mengambil satu, memakannya. “Besok sudah tidak ada pelajaran ya?”

“Begitulah, tidak terasa satu semester berjalan cukup cepat.”

Tidak jauh dari mereka, terdengar sirine polisi. Kirana lantas bangkit dari posisi duduk. Dia memandang ke berbagai arah.

Lihat selengkapnya