Magical Starz

Misaka Takashi
Chapter #8

Kekacauan di Pagi Hari

Alarm berbunyi sangat keras, perlahan Misaki membuka mata, menatap langit-langit. Siluet cahaya berusaha menerobos kaca jendela yang tertutup oleh selambu. Misaki mengambil ponsel dan melihat jam yang ada di ponsel, menunjukkan pukul delapan pagi. Semalam dia memikirkan siapa yang mengirim panah ke arah mobil itu. Perlahan Misaki bangkit dari tempat tidur, memandang sekitar. Aiko dan Hikaru masih terlelap. Wajar saja sekarang hari libur, jadi mereka bisa tidur sepuasnya. Misaki tidak membangunkannya, membiarkan mereka tetap tertidur.

“Ijinkan aku memasak sarapan,” bisik Misaki.

Misaki bangkit dari tempat tidur, melangkah keluar dari kamar. Dia hendak pergi ke dapur.

Dapur itu berada di lantai bawah, begitu rapih seolah tidak pernah tersentuh sama sekali. Aiko kelihatannya jarang masak, dia lebih suka membeli makanan diluar. Tunggu dulu, jangan-jangan Aiko tidak bisa memasak. Misaki mulai memikirkan itu, kemudian dia membuka kulkas. Benar saja, hampir tidak ada bahan makanan di dalam lemari pendingin. Dia menghela napas. Misaki akan keluar terlebih dahulu, mencari bahan-bahan di minimarket.

Dengan cepat, Misaki mengganti pakaiannya dengan seragam Magical Academy. Semalam dia harusnya membawa pakaian ganti saat membawa si Putih. Tetapi, bodo amat dengan situasi, dia pun segera keluar dari rumah.

Matahari pagi menyambut dengan terang dan hangat. Sejuk sekali. Burung-burung bertengger di kabel listrik, bersiul dengan merdu. Ada beberapa penduduk di sekitar yang hendak berangkat kerja. Ada juga yang tengah menyiram tanaman. Misaki sangat menikmati pagi yang damai itu, walau dalam kepalanya masih tersimpan tentang kasus yang terjadi semalam. Dia penasaran, siapa dibalik pembawa panah itu. Lupakan saja! Pikir Misaki. Tidak baik juga sewaktu liburan memikirkan masalah. Misaki memasukan kedua tangan di dalam saku blazer.

Lokasi minimarket itu tidak jauh dari rumah Aiko. Jalan kaki cukup limat menit jika itu tidak ada masalah.

Minimarket itu ramai seperti biasanya. Tidak, ini lebih ramai dari biasanya. Beberapa mobil terparkir di depan. Tidak masalah, Misaki memasuki minimarket itu. Hawa dingin di dalam menyambut. Ternyata pagi hari bukan saat yang tepat untuk berbelanja di minimarket. Suasana dalam minimarket itu ramai, hiruk pikuk hampir terjadi di setiap sudut.

Beberapa barang terpajang rapi di rak barang. Lima kulkas berjajar di sudut ruangan. Keranjang buah-buah dan sayuran terkumpul sangat banyak.

Misaki melangkah mengelilingi setiap sudut. Dia bingung ingin masak apa pagi ini. Semua tempat hampir dia kelilingi tanpa henti. Ternyata tidak ada yang menarik. Mungkin lebih baik beli telur dan mie instant saja. Misaki mengambil beberapa mie instant dan juga telur, memasukan dalam keranjang yang dia ambil sewaktu memasuki minimarket. Kemudian, Misaki pergi area cemilan. Membeli Pocky. Dia mengambil satu bungkus.

Antrian di depan begitu panjang. Misaki dapat melihatnya dari area cemilan. Tatapan lesu mulai tergores di wajah. Tidak ada cara lain selain menunggu. Namun, saat hendak menuju kasir, tiba-tiba saja segerombolan orang mengenakan topeng masuk sembari menendang pintu, membawa senjata jenis AK-4. Seluruh pengunjung pun panik, berlari ke sana-kemari berteriak ketakutan.

Jumlah gerombolan itu ada lima orang. Lesu Misaki semakin menjadi-jadi ketika kehadiran mereka mengacaukan pagi yang tenang ditambah dia kelelahan menghadapi para penjahat itu.

“Baiklah kalau begitu.”

PRANG!

Lima orang yang membawa senjata itu terpental keluar dari minimarket dalam sekali serangan. Seluruh pengunjung itu saling bertepuk tangan dan bersorak pada Misaki. Bahkan kasir pun juga ikut bersorak.

Misaki melangkah perlahan, membuka kedua telapak tangannya. Sebuah lingkaran sihir berwarna merah terbentuk.

“Ini bisa saja, lebih bahaya dari angin. Kalian mau merasakannya atau menyerahkan diri?” tanya Misaki dengan tenang dan berani. Tatapannya membuat para perampok itu ketakutan dan memilih menyerahkan diri.

Lihat selengkapnya