Lahan kosong yang berada sedikit jauh dari sekolah, terdapat dua gadis yang saling berhadapan. Misaki dan Kirana. Sebenarnya ini adalah keputusan terburuk yang pernah diambil oleh Misaki. Padahal dia tidak ingin bertempur dengan Kirana.
Dengan cepat Kirana mulai membidik busurnya dengan anak panah. Bersamaan dengan Misaki mulai berlarian sembari mengangkat tangan kanannya. Dalam hati dia mulai merapalkan mantra air. Tepat di depan telapak tangan terbentuk lingkaran sihir berwarna biru. Mantra sihir dapat dibaca melalui hati, itu akan memudahkan penyerangan seperti yang dilakukan oleh Misaki. Cara ini dia dapatkan ketika menginjakkan kaki di kelas dua Magical Academy.
Lambat, pikir Misaki. Kirana pun mulai menghindar, karena serangan itu lebih cepat dari yang dia bayangkan. Tidak mungkin jika Kirana menyerang dalam jarak begitu dekat. Semburan air keluar dari lingkaran sihir hanya membasahi tanah kosong.
Kirana berada di kiri Misaki, dengan cepat dia mulai menarik anak panah sekali lagi, kali ini dia tanpa ragu menembakkan anak panah. Menyadari itu. Misaki segera mengangkat kedua tangan merapalkan mantra pelindung. Lingkaran sihir berwarna putih terbentuk. Anak panah yang ditembakan oleh Kirana menghantam keras lingkaran sihir itu.
“Tidak mungkin!” Kirana terkejut karena anak panahnya tidak mampu menembus lingkaran sihir pelindung itu.
“Lingkaran sihir pelindung, setiap penyihir punya kemampuan untuk melindungi diri dengan mantranya. Seluruh benda jika mengenai lingkaran sihir satu ini, tidak akan mampu menembusnya,” ujar Misaki sedikit tersenyum.
“Ini belum selesai!” Kirana dengan cepat menembakkan anak panah.
Kali ini Misaki memilih menghindar serta merapalkan mantra udara. Lingkaran sihir berwarna putih muncul, kali ini angin yang kencang meniup dari lingkaran sihir itu, membuat Kirana kesusahan untuk melihat. Bersamaan dengan debu yang bertebaran membuat semakin sulit Kirana membuka mata. Dalam kesempatan yang sama. Misaki mulai berlari kembali mendekati Kirana. Kali ini dia merapalkan sihir air.
Ketika angin itu menghilang bersamaan Misaki yang sudah dekat sekali dengan Kirana. Membuat Kirana tidak bisa bergerak. Namun, lingkaran sihir itu terbentuk, tetapi tidak mengeluarkan air sama sekali. Misaki sengaja menahan kemampuannya.
“Bagaimana pengguna senjata suci? Kamu mau berbicara sekarang?” tanya Misaki.
Kirana merasa sebal dengan kondisi ini. Bagaimana mungkin dirinya dikalahkan oleh penyihir. Namun, di sisi lain, dia merasa bahwa masih ada orang lain yang lebih kuat darinya, setidaknya. Walau dia sendiri masih tidak mau mengakui.
“Baiklah, apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Kirana seraya dengan busur dan sejumlah anak panah itu berubah menjadi gelang lagi.
“Ini soal tindakanmu, aku menyarankanmu untuk magang di ATE,” kata Misaki. “Tindakanmu yang sering kamu lakukan semalam itu memang aku akui adalah tindakan yang baik, tetapi jika kamu terus-terusan melakukan itu, bisa-bisa kamu akan dicap sebagai penjahat juga.”