Magizoologist (Sekolah Sihir)

Rina Adika Putri
Chapter #3

Mozaik 2

Wanita tua itu tidak percaya, dengan apa yang baru saja dilihatnya. Amplop berisikan surat undangan yang tergeletak di atas meja Ron. Ia nampak panik dan memberitahukan kepada suaminya yang baru saja kembali dari bekerja.

"Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" Ucap wanita tua itu.

"Biarkan saja, ini sudah aku perhitungkan cepat atau lambat takdir akan membawa dia kembali kesana" Jawab laki- laki yang lebih tua setahun darinya, sambil meminum teh yang mulai mendingin.

"Tapi siapa yang mengantarkan undangan ini? Apa persembunyian kita sudah terungkap?" Wanita tua itu bertambah cemas.

Laki-laki di hadapannya itu bangkit dari tempat duduknya, "Bukankah ini sudah waktunya? Sudah 16 tahun berlalu sejak kejadian itu". Ia menghela nafas berat.

Malam semakin larut, kedinginan memeluk lembut.

***

     Ron mencoba menenangkan dirinya, dia sudah 16 tahun, dia tidak akan takut di negeri antah berantah ini sendirian, pikirnya. Tapi, nyatanya dari tadi keringat dingin tidak henti membasahi tubuhnya, disertai degub jantung yang lebih cepat memompa darah dari biasanya. Hampir 3 jam dia berlari tidak karuan melihat kesudut bangunan dan jalan, barangkali ada jalan kembali ke rumah neneknya namun, hasilnya nihil.

Tiba-tiba ada tangan yang memegang pundaknya, ia terkejut dan membalikkan badan.

"Hai? Apa aku menakutimu?" Dia sang pemilik tangan yang tidak mengerti situasi jantung seseorang.

"Huuuf, hampir saja jantung ku lepas" gumam ron.

Di tatap nya remaja laki-laki di hadapanya itu, wajahnya bulat sedikit gemuk, dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi, warna rambutnya coklat dengan warna mata abu-abu. sepertinya dia pecinta makanan, dari tadi mulutnya tidak berhenti mengunyah coklat yang sudah hampir habis. Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh menujunya. 

"Oh ya ampun sayang, ibu tidak bisa mengantarkanmu. Tiba-tiba ada urusan mendadak, ibu tidak bisa meninggalkannya. Oh siapa ini? Temanmu?" Wanita paruh baya itu menatap Ron yang berdiri seperti mercusuar tidak bergerak.

"Iya, dia temanku bu" 

'Apa yang baru saja dia bilang? Sejak kapan aku berteman dengannya? Apa dikehidupan lampau? Hah, ini lucu sekali'. Pikir Ron.

Lihat selengkapnya