Blurb
Mahajana bercerita tentang Awan, seorang pemuda yang lahir di sebuah desa kecil, tempat di mana setiap orang seolah terlahir untuk menerima takdirnya tanpa pernah bertanya. Desa yang dikelilingi tanah tandus, di mana mimpi lebih sering mati sebelum sempat dilahirkan. Awan hidup di sana, dalam sebuah dunia yang mengekangnya—sebuah dunia di mana kebebasan terasa seperti angin yang hilang begitu saja sebelum bisa diraih. Setiap hari ia terbangun dengan pertanyaan yang tak pernah bisa dijawab: Apa arti hidup jika semuanya sudah ditentukan?
Hidup di desa berarti menahan diri. Menunggu hujan yang tak pernah datang, dan mencangkul tanah yang tak pernah menghasilkan harapan. Hidup di desa adalah tentang bertahan. Tentang menyerah pada segala keterbatasan yang ada. Tapi Awan merasa ada sesuatu yang lebih dari itu. Sebuah dorongan yang tak bisa dijelaskan, sebuah perasaan bahwa hidup seharusnya lebih dari sekadar bernafas dan mengulang rutinitas.
Perjumpaannya dengan Ariyanti—seorang gadis dari luar desa yang datang dengan pandangan berbeda—merubah semuanya. Ariyanti adalah seseorang yang memperlihatkan Awan tentang dunia yang tak pernah ia lihat sebelumnya, sebuah dunia yang menawarkan pilihan-pilihan yang bebas, bukan hanya menerima hidup dengan apa adanya. Ariyanti mengajarkan Awan tentang makna kebebasan yang sesungguhnya, sebuah kebebasan yang bukan hanya soal fisik yang dapat pergi, tetapi tentang jiwa yang bisa memilih, tentang keberanian untuk melawan dan melepaskan diri dari belenggu yang mengekang.
Namun, setiap langkah Awan terasa berat. Setiap mimpi yang ingin ia gapai seperti dijaga oleh beribu-ribu rantai yang tak terlihat—dari keluarga, tradisi, hingga desa yang mengajarkannya untuk tidak pernah melawan. Awan mulai bertanya: Apakah kebebasan itu nyata? Ataukah itu hanya ilusi yang diciptakan untuk menenangkan hati?
Di satu sisi, ada Ariyanti yang mengajaknya untuk bermimpi lebih besar, untuk berani pergi dan mencari kehidupan yang lebih berarti. Namun di sisi lain, ada desa yang memanggil, ada tanah yang harus diolah, ada keluarga yang tak pernah berhenti berharap. Awan terjepit di antara dua dunia yang tak bisa ia pilih sekaligus, dan setiap pilihan yang ia buat hanya semakin membuatnya merasa terkurung.
Lalu Awan mulai berpikir, apakah kita bisa benar-benar bebas jika segala keputusan kita telah ditentukan oleh orang lain? Apakah kebebasan itu hanya sekadar sebuah mimpi yang terus kita kejar, ataukah ia adalah kenyataan yang hanya bisa ditemukan dengan melepaskan segala ikatan yang menahan kita?
Mahajana bukan hanya sebuah cerita tentang cinta atau pencarian hidup yang lebih baik. Ia adalah refleksi tentang kebebasan yang terenggut. Tentang hidup yang terperangkap dalam kebiasaan dan harapan yang dipaksakan oleh dunia. Tentang bagaimana kita sering kali merasa terkurung dalam kehidupan yang tidak kita pilih, hanya karena kita tak tahu bagaimana cara melawan.
---
Mahajana mengajak pembaca untuk mempertanyakan, untuk merenung, dan untuk menemukan bahwa kebebasan sejati bukan hanya soal pilihan di luar sana, tapi juga tentang kemampuan kita untuk memilih, meski hidup selalu menuntut kita untuk tetap tinggal di tempat yang sama. Ini adalah kisah tentang melawan dan melepaskan, tentang mencari kebebasan yang tak pernah kita tahu ada di dalam diri kita sendiri.