Mahasiswa Abadi: Matrikulasi Strata Satu

Muhaimin
Chapter #3

Bertandang ke Rumah Ketua Tingkat

Hari ini Deka bangun kesiangan. Pukul sepuluh kurang sepuluh menit tepatnya. Lagi-lagi, ia melanggar aturan tidak tertulis yang disepakati keluarganya - tidur pagi. Ia yang tidur lagi setelah sholat subuh berencana hanya baring sejenak. Hari ini, definisi baring sejenak adalah tidur selama tiga jam lima puluh menit.

Beruntung hari ini tidak ada mata kuliah. Berdasarkan jadwal, setiap kelas mahasiswa tahun pertama hanya masuk selama dua hari saja. Kalau bukan Senin dan Rabu pasti Selasa dan Kamis. Hari Jumat, Sabtu, dan Ahad, semuanya libur lagi. Maklumlah, ini baru tahapan matrikulasi.

Kelas Sastra A mendapat jatah tiga mata kuliah di hari Senin dan dua mata kuliah di hari Rabu. Besok, mata kuliah pertama dimulai setelah jam istirahat siang - waktu yang sangat tidak produktif. Banyak mahasiswa yang kurang bersemangat mengikuti kuliah pada waktu ini karena bertepatan dengan waktu ritual tidur siang.

Setelah membersihkan kamar, mandi, dan makan, Deka mencoba mencari beberapa materi rujukan untuk tugasnya. Seperti kebanyakan manusia modern, Deka juga memanfaatkan internet. Ia duduk di kursi kayu yang terselip di kolong mejanya. Ia duduk setelah menarik mundur kursi kayu itu tentunya.

“Mata kuliah writing dan reading. Masuk 13.00.” Deka membaca dalam hati jadwal untuk hari Rabu besok.

“Makalah tentang musik aksentuasi. Saya harus memahami arti aksentuasi dulu.” Gumam Deka sembari membuka komputer jinjing milik ayahnya. 

‘Teman-teman, kapan kita semua bisa berkumpul untuk kerja kelompok?’ Isi SMS Deka yang ia kirim ke semua anggota kelompoknya.

“Deka. Kamu sudah bangun?” Tanya sosok yang melahirkan Deka.

“Iya, ma. Ada dua tugas. Tadi malam saya baca buku sampai lupa waktu.”

“Membaca ya membaca, nak. Tapi lihat-lihat waktu juga. Percuma kamu rajin membaca kalau sakit-sakitan.” Balas sang ibu dari balik pintu kamar yang setengah terbuka.

Deka sudah mulai merasakan fenomena yang lazim dirasakan oleh mahasiswa kebanyakan. Seolah waktu dua puluh empat jam sehari semalam tidak cukup digunakan untuk belajar, mengerjakan tugas, dan mengerjakan rutinitas harian. Akhirnya, waktu tidur sering dikorbankan. Mungkin ini sebabnya banyak mahasiswa berbadan kurus kering. Kalaupun ada yang gemuk, itu pasti gemuk keturunan.

‘Baik. Sampai jumpa besok pukul delapan di kampus.’ Isi SMS tanda sepakat Deka untuk mengadakan pertemuan kerja kelompok.

Kelas matrikulasi biasanya hanya diberikan untuk mahasiswa strata dua dan strata tiga. Dua tahun terakhir ini, kampus memberlakukan program matrikulasi untuk mahasiswa strata satu juga. Tujuannya adalah untuk menyegarkan ingatan mahasiswa terhadap materi-materi dasar. Pelajarannya sebagian besar pelajaran SMA. Kecuali beberapa mata kuliah yang berkaitan dengan program studi yang sama sekali tidak pernah dipelajari saat SMA.

Program matrikulasi berguna untuk menghilangkan kesenjangan pengetahuan antar-mahasiswa - agar semuanya memiliki modal pengetahuan yang sama. Pengalaman sebelum-sebelumnya, kesenjangan kognitif antar-mahasiswa sangat tinggi, Itu mengakibatkan ada mahasiswa yang cerdas sekali dan ada pula yang tidak cerdas. Ibarat lomba lari, semuanya harus start pada garis yang sama.

“Kerja tugas individu dulu. Urusan tugas kelompok dikerjakan besok saja.” Deka membatin didepan layar komputer jinjing yang menyala diatas mejanya.

‘English as global language’ adalah tema yang harus Deka sajikan dalam kelas spoken English pekan depan.

‘English is an international language which is widely used in business.’ Deka akan membuka presentasinya dengan kalimat tersebut. Artinya, ‘bahasa Inggris adalah bahasa internasional yang banyak digunakan dalam bisnis.’ Kalimat sederhana itu ia kutip dari Google.

Therefore, English is learned as foreign language in many countries, including in Indonesia.’ Oleh karena itu, bahasa Inggris dipelajari sebagai bahasa asing di banyak negara, termasuk di Indonesia. Baris ini ia kutip dari laman lain yang masih dari Google juga.

“Selamat siang, ketua tingkat. Ada apa?” Tanya Deka menyambut gawainya yang berdering.

“Hari ini sibuk, ketua angkatan?”

“Cuma baca-baca saja. Untuk tugas dari prof. Kis. Ada apa memangnya?”

“Saya di depan perpustakaan kampus pusat sekarang. Siapatau kamu bisa main kesini, kita sama-sama kerja tugas disini.”

“Oooh, boleh juga itu. Sebentar saya hubungi kamu kalau saya sudah tiba disana. Paling lama setengah jam.”

“Siap, ketua angkatan”

Sosok dibalik telefon itu adalah Josh, ketua tingkat kelas Sastra A. Oleh karena Deka telah mengemban tugas sebagai ketua angkatan, Josh kemudian didaulat sebagai ketua tingkat. Kali ini, mahasiswa kelas sastra A memilih orang yang tepat - tergambar dari impresi yang ia kesankan melalui pembawaannya.

Lihat selengkapnya