Mahasiswa Koplak

Mizan Publishing
Chapter #2

Kuliah?

Setelah lulus dari SMA Mandiri dengan hasil ujian yang pas-pasan, Nurman, Udin, dan Samsuri meneruskan pendidikannya di Jakarta. Meski, banyak universitas berkualitas di Bandung, tetapi mereka ingin mencari pengalaman. Belajar mandiri dan merasakan adrenalin sebagai anak indekos. Dengan modal nekat dan keberanian membara, berangkatlah mereka ke Jakarta.

“Banguuunnn ... udah pagi, woy! Kalian mau kuliah enggak?.” Teriakan sekeras orasi pun mulai terdengar ke kamar indekos. Dengan nyawa yang belum sempurna, Samsuri mengucek bola matanya.

“Woooy ... jangan teriak! Enggak tahu apa orang-orang lagi tidur?.” balas Samsuri yang tak kalah keras.

“Lu ngapain, Sam? Teriak, lagi! Gue masih ngantuk, nih,” gerutu Udin sembari menutup telinganya dengan bantal.

“Enggak tahu juga. Perasaan suara alarm HP gue bunyinya kagak gitu,” balas Samsuri dengan mata yang masih terpejam.

Karena, terganggu dengan suara Samsuri dan Udin, akhirnya Nurman pun ikut terbangun. Perlahan,dia membuka mata, menikmati udara pagi yang

mulai tercampur polusi, menarik napas perlahan dan menikmatinya.

“Uhhhuuukkk ... kok, udara Jakarta enggak sesejukBandung, ya.” Nurman terbatuk-batuk setelah menarik napas panjang.

“Baunya kagak enak, boro-boro sejuk,” gerutu Nurman.

“Sorry, Man. Gue enggak tahan pengin berak. Tadi, kentutnya kelepasan,” teriak Samsuri. Dengan cepat, Samsuri bangkit dari kasur dan berlari terbirit-birit menuju kamar mandi.

“Bangke lu! Pantesan bau polusinya beda.”

Pagi hari sudah diawali dengan menghirup kentut Samsuri. Mungkin, Nurman harus segera melakukan rontgen karena bisa jadi paru-parunya terinfeksi hawarhawar kentut Samsuri yang harumnya bak sayur basi sepuluh hari.

Indekos, kini menjadi tempat dan habitat mereka. Di mana mereka hidup, bersatu padu dengan semua lapisan mahasiswa lainnya. Mereka harus membiasakan diri menyatu dengan bermacam-macam manusia. Dari mahasiswa jorok, cantik, gila, bau ketiak, sampai mahasiswa yang setiap hari makan mi instan. Nah, yang itu namanya The Legend of Anak Kosan.

Satu per satu mereka mengantre di toilet untuk membersihkan diri. Toilet yang tersedia hanya empat. Sementara, kamar indekos ada sepuluh, tak terbayang jika semua anak kuliahan berebut toilet pagi-pagi.

Lihat selengkapnya