Masa perkenalan mahasiswa baru di kampus UPIL dimulai hari ini. Meski, nama singkatan universitas terdengar menjijikkan, tetapi fasilitas kampusnya justru menjanjikan. Ketika Nurman, Samsuri, dan Udin masukke aula, di sana sudah banyak mahasiswa baru yang akan mengikuti Ospek, atau acara yang selalu diisi pengenalan senior kampus dan lingkungan kampus UPIL.
“Baik, selamat siang semuanya ...! Perkenalkan nama saya Adiwijaya Kusuma, menjabat sebagai ketua panitia Ospek di kampus kita tercinta. Supaya kalian enggak cemas, nama singkatan kampus ini sebenarnya UPINA. Jadi kalau ada yang bilang singkatannya UPIL, itu salah besar.” Sebuah sambutan dari seorang cowok tinggi dan tegap di atas panggung. Cowok itu tampak gagah dengan jas almamater berwarna biru. Dia sedang mengklarifikasi nama universitas mereka yang jika benar-benar disingkat UPIL, orang akan mengira kampus ini jurusannya seputaran ilmu anatomi hidung atau teknik menghilangkan upil dengan satu tarikan napas.
“Namanya jadi makin aneh. Enggak sekalian aja jadi UPIN-IPIN.” sahut Samsuri merespons klarifikasi itu.
“Lah, nanti dosennya, Kak Rose. Ayam goyeeeng.” Nurman cekikikan sambil memeragakan kembar itu memanggil kakaknya.
“Jijik, Man.”
“Kalau menurut gue lebih bagusan UPIL. Selain simpel, juga familier,” lanjut Nurman kembali ke topik awal.
“Kalau gue, sih, lebih suka sama itu, tuh ..., kakak seniornya cantik.” Udin malah gagal fokus pada salahsatu senior yang sedang berdiri di dekat panggung. Bermuka standar anak muda, kulit cerah, dan kacamata hitam. Rambut dikucir kuda. Dengan almamater kampus layaknya senior-senior lainnya.
“Iya, banget. Itu tipe gue, Din. Cantik, putih, mulus. Wah, warbiasa kek kipas angin.” seru Samsuri seakanakan probabilitas ceweknya mau kenalan, tuh, pernahada. Mungkin akan menjadi sebuah musibah bagi orang yang diajak berkenalan dengan Samsuri.
“Tapi, gue yakin, kakak senior itu menghabiskan 20 kg bedak per tahun. Lu bayangin, polusi udara dari bedak tabur itu tiap hari gimana.” protes Nurman.
“Bodo amat. Emang bedak bisa jadi polusi.” sambar Samsuri.
“Jangankan bedak tabur, Sam. Wajah lu yang jelek aja bisa menyebabkan polusi dan infeksi. Untung, gue udah divaksin temenan sama orang jelek,” cibir Nurman sembari cekikikan.
“Sueee lu, Man.”
“Sssttt ....” Seorang cewek di samping mereka mengingatkan agar tidak berisik.
“Apaan, sih? Pake berdesis kek ular,” gumamSamsuri.
“Iya, enggak tahu apa kalau gue takut cacing.” balas Nurman.
“Enggak ada hubungannya kali.”
“Lah, kan, cacing anak ular,” jawab Nurman polos.