Sebuah kota kecil di Jawa Tengah yang terkenal dengan pertanian dan perikanannya dan sebutan Kota Pensiunan, 1996
Siang menjelang sore, matahari telah condong ke barat, bayangan manusia sudah lebih panjang ketimbang benda aslinya-perkiraan jam menunjukkan pukul14.30 - di waktu itu Agus menerima kabar dari Widya. Widya adalah teman Agus yang paling cantik di sekolah waktu masih di Sekolah Dasar (SD). SD tempat Agus dan Widya bersekolah masih dalam lingkup satu RW jadi murid-murid di SD tersebut adalah tetangga-teangga sekitar rumah Agus juga. Setelah lulus dari SD, Agus dan Widya bersekolah di SMP yang berbeda tetapi mereka masih berteman dan ketika mereka lulus SMP mereka juga bersekolah di SMA yang berbeda.
Agus dulu setelah lulus SD masuk ke SMP yang favorit di kotanya, SMP yang terkenal disiplin dan bahkan dulu mau dibuat sekolah bertaraf internasional bahkan pernah dibuat sekolah bilingual. Dulu di SD Agus termasuk yang berprestasi sehingga mudah mendapatkan NEM ( Nilai Ebtanas Murni) yang bagus dan dulu yag dijadikan standar masuk sekolah favorit adalah NEM. Begitu juga ketika masuk ke SMA yang dijadikan standar masuk ke SMA juga NEM dan Agus punya NEM yang lumayan bagus sehingga bisa masuk ke SMA favorit di kotanya, SMA yang sudah terkenal di kotanya terkenal dengan alumninya yang masuk di PTN terkenal dan di STAN. Karena background bersekolah di sekolah-sekolah yang favorit membuat Agus menjadi pede untuk masuk di PTN yang favorit di Yogyakarta, karena teman-teman yang satu SMA dan seangkatannya banyak yang mengincar PTN di Yogya atau di Bandung.
Kabar terbaru saat ini yang diterima Agus: bahwa dirinya diterima untuk masuk kuliah di Perguruan Tinggi Negeri di Kota Semarang. Ketika itu Widya sedang di depan rumahnya memebersihkan halaman dan Agus melewati di depan rumahnya untuk membeli barang pesanan dari ayah Agus untuk dibelikan di kios yang ada disebelah rumah Widya. Terdengar suara Widya menyapa," Gus kamu diterima ya..?"
Agus jadi salah tingkah dan spontan lidahnya seperti tertelan langsung menjawab," kok tahu...,"("baca koran mungkin Widya ," benaknya bicara ) dengan suara agak bergetar.
"Iya itu lho...di pengumuman di koran ...ada namamu," jawab Widya santai sambil menyapu halaman di depan rumahnya.
"O... iya Alkahmdulillah," sambil membenahi kualitas suaranya dan meneruskan langkahnya sambil salah tingkah untuk membelikan pesanan ayahnya.
Widya ini adalah teman Agus yang menjadi idola di kelasnya sewaktu SD sampai SMA-pun masih tetap menjadi idola.
Setelah sampai di rumah "Alkhamdulillah," Agus mengucap pelan tanda syukur sudah berhasil lolos Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri alias UMPTN. Widya tinggal di rumah yang alamatnya dekat dengan Agus bahkan masih satu RW meskipun rumahnya tidak berimpitan.