Agus punya ide untuk membawa sepeda ke kampus karena terinspirasi oleh teman satu jurusan yang naik sepeda di kampus yaitu Atmo. Atmo adalah teman satu jurusan Agus yang punya sifat low profile dan naturalis menurut Agus, karena Atmo sering mengikuti kegiatan pencinta alam dan kegiatan outdoor seperti riset-riset di luar pulau bersama Han dan Iban atau ikit pecinta alam.
Agus berniat membawa sepedanya yang dipakai waktu masih sekolah di SMA untuk berangkat sekolah dan rencananya akan dipakai dibawa naik bus ke Tembalang. Sepeda Agus adalah sepeda gunung warna hijau merek Rayleigh. Sepeda itu dibelikan oleh orang tuanya ketika masuk di SMA.
Kuliah di kampus negeri yang sudah terkenal banyak mahasiswa atau mahasiswi yang merupakan anak dari orang yang berada banyak yang membawa sepeda motor. Jadi pilihan membawa sepeda adalah seperti melawan arus main stream karena ada temannya Atmo yang pernah memebawa sepeda Agus jadi agak punya keberanian dengan semangat hidup harus bersiap untuk menerima sesuatu yang tidak pupoler, Agus melaju dengan sepedanya menuju kampus.
Sepedanya dipakai meskipun jalan di kampus menaik karena berada di wilayah perbukitan. Jarak antar kampus dan kontrakan Agus lumayan jauh mungkin kira kira 1,5 samapai 2 km. Karena berangkat memakai sepeda resikonya Agus di perkuliahan kelelahan dan jadi mengantuk. Sehingga nilai-nilainya menjadi jelek dan harus mengulang.
Pertama kali membawa sepeda adalah dari kotanya Pati, dibawanya sepeda itu dinaikinya sampai menuju terminal di terminal kemudian dia menunggu bis. Setelah bis jurusan Semarang tiba kemudian dia memasukkan sepedanya dia minta izin sampai kondekturnya untuk menempatkan sepedanya di bangku belakang. Untuk pembayarannya Agus membayar sebanyak 3 bangku dibelakang. Setelah bis berjalan beberapa saat Agus yang tadi duduk di belakang berdesakan dengan sepedanya oleh kondekturnya disuruh duduk di bangku kosong yang ketika penumpangnya cuma sedikit.