Mahasiswa Labil

agung sulistiono
Chapter #22

Bertemu Guru Spiritual

Waktu perkuliahan Agus sudah berjalan sekitar 5 tahun lebih dan masih belum lulus kuliah padahal temanya satu angkatan sudah ada yang mau lulus, karena kondisi yang lama tidak lulus lulus serta masih mengulang beberapa mata kuliah ditambah juga belum PKL, Seminar, KKN. Agus sendiri bahkan mendengar ada laporan dari dosen walinya bahwa penampilan selama di kampus Agus kurang risik (rapi dan bersih) ketika berkuliah dan disampaikan kepada orang tuanya. Agus sampai tak habis pikir dari mana orang tuanya mendapat informasi perihal dirinya ketika berkuliah di kampus. Mendapat informasi seperti itu orang tua Agus di rumah menjadi khawatir dan banyak mencoba mencari solusi dengan minta bantuan orang yang dianggap bijaksana untuk menasehatinya supaya bisa berubah menjadi lebih baik. Dikabarkan sampai ibunya menangis mengetahui anaknya berubah karena dulu waktu SMA menjadi anak yang pandai dan mudah diatur tetapi sekarang menjadi terhambat pendidikan di kuliahnya.

Ada beberapa orang yang dianggap bijaksana dan bisa dimintai tolong orang tua Agus untuk menjadi memecahkan masalah yang terjadi pada diri Agus, yang pertama adalah Bapak RT- dan yang ternyata setelah diberitahu oleh ayahnya bahwa Bapak ketua RT ada hubungan saudara kandung dengan dosen walinya dan yang kedua adalah guru agama Agus waktu SD dan masih punya hubungan baik dengan kakek Agus yang juga menjadi pegawai di SD ditemapat Agus dulu bersekolah di SD.

Agus sendiri karena terlalu banyak beban pikiran dan jadi minder membuat dia jarang bergaul keluar di lingkungan sekitar desanya. Saudara perempuan Agus juga sudah menasehatinya untuk keluar dan bergabung dengan teman-temanya. Saudara Agus adalah seorang perempuan namanya Indra di sangat menyayangi kakaknya. Indra pernah di datang di kampus kakaknya Agus hanya untuk memberikan uang saku Agus karena diperintah oleh orang tuanya padahal dia belum pernah datang ke kampus kakaknya, Indra sampai mau menangis mencari kampus kakaknya karena tidak tahu di gedung mana dia menginap di kampus.

Kondisi Agus sekarang memang sedang terpuruk-puruknya, teman-teman kuliah seangkatan sudah lumayan banyak yang lulus sedangkan sudah 5 tahun dia belum PKL bahkan KKN apalagi skripsi (TA). Agus tetapi masih terus berjuang ketika posisi masih kontrakan di Bulusan yang paling belakang bersama teman-teman Jurusan Perkapalan. Bapak dan Ibunya sampai datang ke kontrakan untuk menengok dan menasehati supaya menjadi mahasiswa yang baik. Tantenya Agus juga pernah sampai di kontarkan untuk menenngok dan memberikan oleh-oleh untuk di bekal di kontrakan.

Pertama kali yang datang memberinya nasehat adalah Gurunya SD, pada waktu itu habis ada acara kematian di desanya Agus ikut takziah dan gurunya juga datang ikut takziah karena yang meninggal masih teman sekantor yang sudah purna.

Agus setelah selesai takziah langsung masuk rumah, sementara didepan rumah, ayah Agus seperti membicarakan sesuatu dengan guru Agus yang mampir sejenak di depan rumahnya karena ayahnya juga kenal dengan gurunya. Setelah beberapa saat kemudian guru Agus masuk kedalam rumahnya.

"Assalamu'alaikum," sapa gurunya.

" Wa'alaikum salam silahkan duduk pak," jawab Agus.

Ternyata Guru Agus bertamu ke rumahnya.

"Ya Gus terimaksih Gus," jawab Pak Guru.

"Ada apa ya pak?" tanya Agus ingin tahu.

"Pak guru mau bertanya sedikit ya,"kata gurunya mulai mencari tahu.

"Tentang apa ya pak?" sahut Agus.

Lihat selengkapnya