Agus pertama kost di Semarang yaitu di daerah Tembalang di alamat namanya Barata nomor 12, kost-kostannya dekat dengan Kampus Teknik Mesin, pihak kampus dalam proses pembangunan belum sampai 100% sehingga masih berbaur dengan rumah masyarakat lokal sekitar dan belum menjadi wilayah kampus seutuhnya, sekitar kampus masih banyak pohon jambu mete-nya (Anacardium occidintale) dan jalannya belum teraspal dan bertrotoar semua, mungkin baru 70% yang sudah teraspal. Daerah sekitar kampus masih banyak tanaman keras yang besar besar dan bernuansa perbukitan yang asri dengan jalan yang lumayan ada naik turunnya.
Setelah mengetahui bahwa kampusnya ada di Tembalang, Agus berusaha mencari informasi tentang kampus dan kost-kostan di Tembalang. Agus berangkat sendiri ke Tembalang dari kota kelahirannya naik bis Jurusan Surabaya yang menuju Semarang yang langsung berhenti di Terboyo Semarang, kemudian mencari bis kota yang Jurusan Tembalang-Kampus dari Terboyo Agus kemudian menuju Tembalang. Kesan pertama kali masuk kampus Undip di Tembalang ternyata Kampusnya ada di daerah pedesaan karena masih banyak yang belum di aspal sehingga angkotan yang masuk ke kampus-kampus yang masuk ke dalam seperti MIPA atau Kelautan melewati jalan tanah atau jalan berbatu, tahun 1996.
Sebelumnya Agus pada waktu mencari kost-kostan ditawari masuk di kost-kostan temannya yang baru dikenal yang berasal dari Lampung. Agus bertemu dengan temannya ini ketika bertemu di warung, ketika itu Agus kehausan dan ingin cari minuman hangat dan bertemu dengan anak asli Lampung bernama Ridwan.
"Sudah dapat kost-kostan, Gus," tanya si Anak Lampung.
"Belum, kamu sudah dapat?" Agus gantian nanya sambil menikmati teh hangatnya.
"Aku kemarin sudah nyari kost-kostan habis registrasi," jawab Ridwan si anak Lampung.
"Di sini masih ada kost-kostan kosong tidak ya ...?" sahut Agus.
"Mau nyari kost-kostan, Mas," Pemilik Warung nanya ke Agus ingin tahu sambil melayani pembeli.
"Ya, bu ...," jawab Agus
"Di Barata situ kelihatannya masih ada yang kosong," jawab Pemilik warung.
"Oh ...," Agus menanggapi.
Setelah ngobrol kesana kemari di dalam warung Agus dan Ridwan si Anak Lampung keluar dan menuju masjid dulu untuk sholat Dzuhur sebelum main ke kost-kostan Ridwan.
Di masjid Agus ngobrol dengan Ridwan lagi dan tak sengaja Agus tanya pakai Bahasa Jawa ternyata Ridwan paham dengan pertanyaan Agus. Agus dibuat heran ternyata anak Lampung bisa juga bahasa Jawa. Ridwan menjelaskan bahwa anak Lampung juga bisa Bahasa Jawa tapi yang ngoko alias yang biasa digunakan sesama usia bukan yang kromo inggil atau yang halus untuk orang tua. Agus langsung mengganti omongannya dengan Bahasa Jawa karena awalnya dikira tidak paham Bahasa Jawa. Selesai sholat Dhuhur Agus dan Ridwan menuju ke kost-kostan Ridwan. Jalannya masih tanah berbatu. Masjid yang dipakai sholat Agus dan Ridwan masih sangat sederhana, imam yang memimpin sholat masih menggunakan bacaan yang mahrajnya semi Jawa.
Setelah sampai di kost-kostan Ridwan Agus diajak masuk didalam kost-kostan.
"Lumayan," pikir Agus melihat kost-kostan Ridwan. Disitupun ada pemilik kost-kostan.
Ridwan bertanya kepada Bapak kostnya." Daerah sini masih ada kamar kost kosong atau tidak ya pak?"
"Di Barata 12 milik Kang Darno kelihatannya kemarin masih ada kamar kosong," jawab bapak Kost Ridwan.