Kegalauan ini merasuk dipikiran dan hati Agus ketika situasi-situasi di lingkungannya yaitu kenyataan bahwa dia kuliahnya tertinggal dari teman-teman satu angkatannya dan berhadapan dengan amanah dari orang tua untuk kuliah sebaik-baiknya bercampur perasaan fall inlove kepada lawan jenis dan mengalami kegagalan yang tidak berjalan sesuai harapan.
Agus kadang kalau habis pulang dari berjalan-jalan entah dari Johar atau berbelanja mampir dulu duduk-duduk di pemakaman di pinggir jalan besar menuju gang masuk ke kontrakannya dengan tujuan untuk merenung dan mencari inspirasi. "Untung tidak jadi gila atau stress berlebihan, alkhamdulillah,"di benak Agus bicara.
Bahkan satu waktu Agus pernah naik bis dari Semarang dengan tujuan semula adalah pulang kampung halamannya tetapi di tengah perjalanan berubah pikiran ingin ke Surabaya ke tempat sepupunya karena ingin menepati ucapannya akan main ke Surabaya. Hal ini ternyata ada hikmahnya ketika Jurusannya ingin mengirim mahasiswa untuk mengikuti seminar tentang Pelestarian satwa Bekantan di Gedung Graha Pena di Surabaya. Dia bersama Han dan Iban berangkat ke Surabaya dan menginap di rumah saudara sepupunya yang di Surabaya.
Untuk menghibur dirinya sendiri Agus sering ke perpustakaan atau ikut lomba mengarang untuk mendapatkan hadiah. Agus seperti mendapat pencerahan bahwa dia harus banyak berkomunikasi dengan siapa saja supaya tidak ngenes karena ketinggalan dari teman-temanya satu angkatan. Ketika dimanapun Agus mengajak berbicara supaya terlupa dari masalahnya terutama kalau naik kendaraan umum pasti Agus mengajak bicara orang disampingnya.
Agus bahkan pernah secara tidak sadar menangis ketika itu Hari Raya Idul Adha dengan kondisi di kontrakan sendirian dia mengeluarkan airmata, menangis tringat dengan kedua orang tuanya.