Mahasiswa Pinggiran

choirin nofianti
Chapter #2

SEBUAH PERKENALAN

Ketika memasuki dunia baru yang asing, Perkenalan dengan seorang sahabat dapat menghangatkan hati yang semula dingin

Hari pertama penyambutan mahasiswa baru dimulai. Aku tiba di kos sekitar pukul sebelas malam, diantar oleh Mas Bhumi yang kemudian menginap di kontrakan Mas Dirga, karena kosku tidak memperbolehkan laki-laki untuk menginap. Paginya, tanpa menemuiku lagi Mas Bhumi pulang dengan menggunakan bus, karena motornya telah di tinggal untuk aku gunakan selama di sini.

Berbeda dari sebelumnya, hari ini aku begitu antusias mempersiapkan segala sesuatu yang akan kubawa di hari pertama resmi menjadi mahasiswa. Sejak pukul 04.00 aku telah bangun, memilih pakaian yang sekiranya pantas kugunakan, dan mengelap sepatu yang akan kupakai.

Mengingat ini hari pertama dan hanya ada tiga kamar mandi di kosku untuk di pakai bergantian, jadi aku memutuskan untuk mandi lebih awal agar tidak berebut dengan yang lainnya. Bersamaan dengan membuka pintu, aku melihat seseorang keluar dari kamar dengan handuk di bahunya. Dilihat dari perawakannya, sepertinya dia sama, mahasiswa baru sepertiku.

Kami berpapasan di depan pintu tengah menuju kamar mandi, dan kuberanikan diri untuk sekedar menyapanya, “Hai, mbak, mau mandi juga?” tanyaku asal.

“Iya, mbak,” jawabnya sambil menatapku, “Tapi mbak, ini pintunya kok susah banget ya di buka.” Ucapnya dengan terus mencoba menarik pintu di depan kami.

Aku pun mendekat dan mencoba membantu menarik pintu itu agar kami berdua bisa lekas mandi. Untuk memastikan dugaanku benar, aku pun kembali bertanya, “Mahasiswa baru juga, mbak?” Tanyaku.

“Iya.” Jawabnya, sembari terus menarik pintu, yang memang benar-benar sulit dibuka dia memperkenalkan diri, “Aku Mei, Fakultas Teknik Sipil.” Katanya.

“Sama-sama dari teknik dong,” Ucapku, “Aku Silvia, Teknik Planologi.” Kataku memperkenalkan diri.

Setelah bersama-sama kami tarik, akhirnya pintu dapat terbuka juga. Kami pun bergegas untuk segera mandi, agar dapat bergantian dengan penghuni kost yang lain.

***

Setelah selesai bersiap-siap, kulihat jam di ponselku, waktu menunjukkan pukul 06.15. Menurut pengumuman yang kubaca di web kemarin, acara di mulai pukul 07.00. Sebagai mahasiswa baru, tentu aku tidak ingin terlambat, sehingga aku memutuskan untuk segera berangkat.

Saat aku mengeluarkan motor dari garasi, kulihat Mei keluar dari kos. Melihatnya berjalan kaki, aku mencoba memanggilnya, “Mei,” Teriakku, “Mau ke kampus?” Tanyaku kemudian.

“Iya.” Jawabnya singkat.

“kamu mau naik apa ke kampus?”

“Angkot kayanya.”

“Mau bareng aku aja? Lagian aku juga sendiri, kok.” Ajakku mencoba menawarkan.

“Ngga ngrepotin?” Tanyanya canggung.

“Engga, lah.” Jawabku, “Lagian kita kan searah, aku kan jadi ada teman diperjalanan, daripada sendirian.” Ucapku mencoba menjelaskan, “Tapi kamu ada helm kan? Aku Cuma bawa satu soalnya.” Tanyaku.

“Ada, kok. Sebentar aku ambil di kamar.” Jawabnya sembari berlari menuju kamarnya.

Kami pun bersama-sama berangkat menuju kampus mengendarai sepeda motor milikku. Di sepanjang perjalanan aku mencoba mengobrol dengan Mei, untuk menghilangkan kecanggungan di antara kami berdua. Tapi, di tengah perjalanan aku seperti tidak mengenali daerah yang aku lewati, dan karena bingung, aku mencoba bertanya kepada Mei, “Mei, kamu tahu daerah ini?” Tanyaku tiba-tiba, “Kayanya aku salah mengambil arah di persimpangan sebelumnya.” Kataku yang membuat Mei justru lebih kebingungan.

“Aku juga ngga tahu, waktu pertama kali ke sini aku naik angkot lewat jalan utama, jadi ngga lewat gang-gang gini.” Jawab Mei.

“Aku asal belok aja, ya, nanti kalo ada orang di depan kita tanya aja.” Kataku memberikan solusi.

Akhirnya, meskipun beberapa kali kami berdua kebingungan saat menemui pesimpangan dan waktu perjalanan kami menjadi sedikit lebih lama, kami pun dapat menemukan jalan menuju kampus tanpa bertanya kepada orang lain.

Kampus masih terlihat sepi saat kami berdua tiba. Hari ini mahasiswa baru di wajibkan memakai pakaian batik, sehingga aku dapat membedakan dengan mudah, mana mahasiswa baru dan mana yang bukan.

“Mei, kamu masuk kelompok berapa nanti?” Tanyaku sesampainya di parkiran.

Dengan polosnya Mei menjawab, “Kan belum ada pembagian kelompok.”

“Kemarin di web udah dibagi kelompoknya.” Terangku.

“Gimana nih, aku belum buka webnya.” Ucap Mei panik.

Aku pun mencoba menenangkannya dengan berkata, “Yaudah kita cari aja dulu, ini juga belum waktunya kumpul.”

Kami pun mencoba membuka web kampus untuk mencari tahu nama Mei masuk dalam kelompok berapa. Tetapi sepertinya terlalu banyak orang yang mengakses web ini, sehingga beberapa kali kami mencoba tetap tidak dapat masuk ke halaman web tersebut. Mei pun semakin terlihat panik saat halaman web terus menerus tidak bisa di buka.

Aku melihat banyak mahasiswa baru berlari mengerumuni sesuatu, dan ku ajak Mei untuk menghampiri kerumunan tersebut. Ternyata, mereka berkerumun untuk melihat nama-nama mereka didaftar kelompok yang telah di tempel di papan pengumuman. Karena terdapat dua papan pengumuman, dan untuk memudahkan dalam menemukan nama Mei masuk dalam kelompok berapa, kami pun terbagi ke papan pengumuman satu dan dua.

Ku telusuri satu per satu nama yang ada di papan pengumuman untuk memastikan nama Mei tidak terlewati. Setelah beberapa waktu tanganku mengurutkan nama demi nama, akhirnya satu nama yang sedari tadi aku cari ketemu, “Nah, ini dia.” Gumamku.

Aku pun berteriak memanggil Mei yang berada di papan sebelah, “Udah ketemu nih, namamu ada dikelompok lima.” Ucapku sambil menunjukkan namanya yang berhasil kutemukan.

Lihat selengkapnya